Jakarta, CNN Indonesia -- Kesalahan penanganan sampel virus Ebola yang terjadi di laboratorium Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers of Disease Control and Prevention/CDC), Atlanta, AS, mungkin menyebabkan seorang peneliti terinfeksi virus Ebola. Pejabat setempat mengatakan, peneliti itu saat ini sedang berada di ruang isolasi dan akan dipantau selama 21 hari.
Peristiwa ini memicu keprihatinan dari ahli kesehatan terhadap salah satu pusat penelitian kesehatan paling dihormati di dunia. Karena, sebelumnya juga pernah terjadi kesalahan penanganan pada sampel anthrax dan flu burung.
Juru bicara CDC mengatakan, saat ini kurang dari 12 peneliti dan staf yang dikhawatirkan terinfeksi Ebola. Walau sejauh ini tidak ada tanda-tanda terinfeksi Ebola, namun mereka semua masih dalam pengawasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara menegaskan, sampel Ebola itu tidak pernah dibawa keluar laboratorium CDC sehingga tak ada risiko bagi masyarakat.
Kesalahan penangan sampel Ebola ini terjadi pada Senin, 22 Desember 2014. Laboratorium pertama mengirim sebuah sampel Ebola yang salah kepada laboratorium kedua, di mana sampel tersebut berisi virus Ebola yang hidup.
Sementara itu, laboratorium kedua tidak dilengkapi peralatan untuk menangani virus Ebola yang hidup. Peneliti yang bekerja di sini hanya mengenakan sarung tangan dan baju khusus, tetapi tidak memakai masker. Dari kisah ini, CDC khawatir terjadi kesalahan penanganan yang dapat menyebarkan virus Ebola.
Dr. Stuart Nichol, Kepala CDC Spesialis Penanganan Patogen, mengatakan bahwa peristiwa itu sepenuhnya kesalahan manusia.
Direktur CDC, Dr. Thomas Frieden R, berjanji akan meninjau kembali setiap aspek di laboratorium tersebut. Ribuan peneliti telah diperintahkan untuk meningkatkan keamanan dan akan dilaksanakan dalam waktu dekat.