SERANGAN SIBER

CEO Sony Lega Terbebas dari Serangan Hacker

Gito Yudha Pratomo | CNN Indonesia
Selasa, 06 Jan 2015 18:34 WIB
"Saya begitu bangga dengan karyawan dan mitra yang berusaha keras melawan aksi kriminal ini hingga pada akhirnya dapat membawa The Interview kepada publik."
Presiden dan CEO Sony Corp., Kazuo Hirai. (Reuters/Toru Hanai)
Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Sony Corp., Kazuo Hirai, memuji para karyawan Sony dan mitranya yang telah melawan peretasan komputer terhadap Sony Pictures Entertainment pada akhir November 2014 dan telah mendukung perilisan film The Interview.

Dalam sambutannya, Hirai mengatakan para karyawan dan mantan karyawan Sony Pictures merupakan korban dari aksi peretasan ini. Menurutnya, hal ini adalah salah satu serangan siber paling berbahaya sepanjang sejarah.

"Saya begitu bangga dengan para karyawan dan mitra yang telah berusaha keras dalam melawan aksi kriminal ini hingga pada akhirnya dapat membawa The Interview kepada publik," kata Hirai dalam presentasi di pameran Consumer Electronics Show (CES) di Las Vegas, AS, Selasa (6/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan bahwa para karyawannya telah bekerja sekuat tenaga untuk tetap merilis The Interview. Film ini diduga menjadi alasan utama serangan siber kepada Sony yang diduga berasal dari Korea Utara.

"Kebebasan berbicara dan berekspresi adalah jalur hidup dari Sony dan bisnis hiburan kami," kata Hirai dikutip dari Reuters.

Film ini menceritakan tentang dua orang jurnalis yang direkrut oleh CIA dengan misi membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, setelah ia memberi kesempatan wawancara dengan dua jurnalis tersebut.

Dalam serangan yang dilakukan pada 24 November 2014, Sony Pictures mengalami kerugian besar. Tercatat, sebanyak lima film Sony yang belum rilis telah dicuri dan disebarkan di internet.

Daftar gaji 6.000 karyawan dan para petinggi Sony pun turut beredar. Data pribadi dari aktor dan praktisi film yang pernah bekerjasama dengan Sony juga ikut tersebar secara luas di dunia maya.

Pelaku peretasan ini beroperasi dengan nama Guardians of Peace atau GOP. Sejumlah dugaan muncul bahwa aksi ini dilakukan oleh Korea Utara setelah negara tersebut mengecam film komedi ini.

Sony pada mulanya membatalkan perilisan film ini setelah peretas melontarkan ancaman serius. Pembatalan ini menuai kritik dari selebritas Hollywood, bahkan Presiden AS Barack Obama.

Akhirnya, Sony memberanikan diri merilis The Interview di bioskop dan di saluran online walau hasil penjualan tiket dan pembelian konten belum menutup biaya produksi dan pemasaran The Interview yang menghabiskan dana US$ 88 juta.

(adt/adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER