Jakarta, CNN Indonesia -- Peretas komputer yang mengaku telah menyerang sistem komputer bank asal Swiss, Banque Cantonale de Geneve, membocorkan informasi pribadi nasabah setelah bank tersebut enggan memenuhi tuntutan pembayaran.
Individu atau kelompok peretas itu beroperasi dengan nama Rex Mundi. Dalam kicauan di akun Twitter, Rex Mundi mengatakan telah meretas 30.000 informmasi dari nasabah lokal maupun asing.
Beberapa jam setelah informasi itu dirilis, Banque Cantonale de Geneve mengatakan bahwa "tidak ada risiko keuangan tertentu untuk klien dan bank." Mereka mengatakan bahwa informasi tersebut tidak penting dan sudah usang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak bank telah memberi tahu klien bersangkutan yang datanya telah dibocorkan.
Dalam serangan ini, peretas meminta tebusan uang sebesar 10.000 euro atau sekitar Rp 150 juta. Mereka coba memainkan isu reputasi bank Swiss yang membantu nasabah menyembunyikan informasi dari otoritas pajak.
"Kami memilih untuk tidak menyerah pada pemerasan dan sebaliknya memilih jalan transparansi," kata juru bicara bank, Helene De Vos Vuadens, seperti dikutip dari Reuters.
Banque Cantonale de Geneve mengatakan akan menganalisis lebih dalam soal isu ini dengan pihak berwenang. Mereka juga memperkuat langkah keamanan pada awal pekan ini.
Menurut analis keamanan siber Chase Cunningham dari FireHost, yang berbasis di Texas, AS, Rex Mundi adalah bagian dari jaringan peretas yang kerap meminta uang tebusan dari korban. Dalam hal ini, pihak korban diminta membayar tebusan melalui kartu kredit kepada peretas, yang sering beroperasi di Eropa Timur atau Rusia.
Cunningham mengatakan kepada Bloomberg, tebusan yang diminta Rex Mundi jumlahnya terbilang kecil. Jika tak dipenuhi, mereka akan merilis data yang telah dicuri.
(adt)