Jakarta, CNN Indonesia -- Laboratorium Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengembangkan sebuah robot kecil yang mampu menembus dinding gunung api dan akan memetakan saluran-saluran magma. Robot bernama VolcanoBot 1 itu dibuat oleh Jet Propulsion Laboratory milik NASA.
Robot itu mulai diuji di Hawaii. Ilmuwan JPL mengirimkan VolcanoBot 1 ke rekahan yang tak aktif di Kilauea, gunung berapi yang masih aktif sampai kini.
 Carolyn Parcheta (Dok. NASA/JPL-Caltech) |
“Kita tidak tahu bagaimana gunung api meletus, kita punya model tapi terlalu sederhana,” kata Carolyn Parcheta dari JPL, seperti dikutip oleh Popular Science, hari ini.
Tim itu berpikir, dengan memetakan rekahan-rekahan bawah tanah di gunung api, mereka bisa menciptakan peta rekahan secara 3D, sesuatu yang selama ini hanya perkiraan saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemetaan ini penting untuk memahami bagaimana magma bergerak keluar. Begitupun diharapkan timbul pemahaman baru bagaimana sebuah letusan gunung berapi terjadi.
VolcanoBot 1 adalah robot beroda dua yang memiliki panjang sekitar 30 cm dan tingginya sekitar 17 cm. Meski mungil, robot ini mampu mengirimkan informasi mengenai rekahan yang pernah memuntahkan magma ke permukaan Bumi.
Pada perjalanan pertamanya ke perut Kilauea pada Mei tahun lalu, robot ini mampu mencapai kedalaman 25 meter. Pada perjalanan selanjutnya nanti, diharapkan VolcanoBot 1 mampu menembus lebih dalam.
Pada Maret mendatang, VolcanoBot 2 akan didorong masuk lebih dalam ke perut Kilauea. Robot ini berukuran lebih kecil dan lebih enteng.
Pemahaman soal gunung api di Bumi ini rupanya diharapkan dapat menjadi bekal bagi NASA untuk mengeksplorasi planet atau Bulan di ruang angkasa, yang diperkirakan memiliki gunung-gunung vulkanis.
Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mengeksplorasi bagian-bagian vulkanis itu. “Bekerja dengan Carolyn, kami mencoba menjembatani ketidaktahuan itu dengan memakai gunung-gunung api di Bumi sebagai praktek,” kata Aaron Parness, penasihat Parcheta.
(ded/ded)