Jakarta, CNN Indonesia -- Kemampuan ular melata di permukaan yang licin menginspirasi ilmuwan robotika mendesain robot ular. Diharapkan robot ini dapat membantu misi SAR, memeriksa daerah yang berbahaya, atau mengeksplorasi piramida kuno.
Sebuah studi oleh tim dari biomekanika di Georgia Institute of Technology di Atlanta pun digelar. Inspirasinya adalah ular derik Crotalus cerastes yang hidup di daerah gurun di utara Amerika. Ular ini bisa memanjat di permukaan pasir yang licin tanpa terpeleset.
Ilmuwan ingin menciptakan robot yang seperti ular alias tak berkaki. Dengan kemampuan bergerak tanpa kaki membuat robot ini terhindar dari situasi stuck atau terjebak. Robot ini pun bisa dimanfaatkan untuk mengeksplorasi tempat-tempat yang tak aman bagi manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mewujudkan itu, para ilmuwan melakukan studi di Taman Margasatwa Atlanta dan mempelajari enam ular derik yang bergerak menyamping (Sidewinder) itu. Mereka menguji ular-ular di meja miring yang ditutupi pasir. Sebanyak 54 percobaan dilakukan.
Masing-masing ular sembilan kali berhasil memanjat meja itu, di mana tiga kali masing-masing dilakukan pada tingkat kemiringan yang berbeda.
Untuk mengetahui bagaimana usaha ini dilakukan sang ular, peneliti memasang kamera berkecepatan tinggi untuk menjejak gerakan ular, untuk mengetahui di mana dan bagaimana tubuh ular kontak dengan pasir saat tubuhnya merayap naik.
Para peneliti menemukan bahwa ular itu berpindah ke atas di bidang miring dengan gerakan ke samping. Sementara kepalanya menunjuk ke atas dan tubuhnya bergerak secara horizontal ke atas lereng.
“Ular meningkatkan luas tubuh yang kontak dengan permukaan pasir secara cepat waktu mereka melata ke atas dan sudut kemiringannya meningkat,” kata Daniel Goldman, profesor biomekanika di Georgia Institute of Technology di Atlanta.
Intinya, kata Goldman, ular menambah jumlah tubuh mereka yang menyentuh pasir saat bernavigasi di lereng.
Temuan ini kemudian dibahas dengan Howie Choset, seorang profesor di The Robotics Institute di Carnegie Mellon University di Pittsburgh. Choset yang sudah bertahun-tahun mendesain robot ular. Tapi robot ular selalu tergelincir saat bergerak di permukaan pasir yang licin.
Robot ular diprogram ulang supaya tubuhnya bisa lebih banyak kontak dengan permukaan pasir saat bergerak di daerah berpasir yang licin. Hasilnya, robot ular buatan Choset sudah bisa bergerak di permukaan berpasir yang licin tanpa tergelincir.
“Robot-robot ini bisa dipakai ke tempat yang bisa diakses manusia dan mesin,” tutur Choset, kepada Livescience.
Riset soal robot ular juga masih digelar oleh ROBOTNOR, pusat penelitian robotika yang ada di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Norwegia.
ROBOTNOR yang memulai risetnya pada 2003, setelah terjadinya beberapa insiden kebakaran di Trondheim, Norwegia. Robot ini dikembangkan untuk membantu pemadam kebakaran bergerak di kondisi yang ekstrim.
Robot pertama yang keluar dari lab ROBOTNOR adalah Anna Konda, sebuah robot yang memakai sistem hidrolik air. Tapi ada banyak keterbatasan pada robot itu. Meski begitu Anna Konda telah meletakkan dasar kegiatan riset di ROBOTNOR.
ROBOTNOR sedang merancang robot ular yang diharapkan mampu melakukan aktivitas yang berbahaya kalau dilakukan manusia. Seperti menyemprot kebakaran mobil, mencari korban gempa bumi, dan sebagainya.