Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia kedatangan lagi satu jejaring sosial dari Amerika Serikat yang membuka kantor perwakilannya di pasar lokal. Nama Path datang melengkapi daftar seperti Facebook dan Twitter.
Dibandingkan dengan Facebook, Path sebenarnya berbeda karena filosofinya yang lebih sebagai
'private social network'. Di awal kehadirannya, Path membatasi jumlah anggota hanya 150 orang saja.
Walaupun kemudian, jumlah ini bertambah menjadi 500 orang pada Mei 2014. Kata CEO Path Dave Morin angka tersebut memang karena permintaan anggota dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia memang menjadi pasar penting bagi Path. Terang saja, karena jumlah anggotanya di sini sudah mencapai 4 juta dan 80 persen di antaranya adalah pengguna aktif. Dengan jumlah ini, Indonesia menjadi nomor satu dengan jumlah terbesar.
Di awal tahun 2014, Path pernah menimbulkan polemik. Karena sempat mendapat investasi dari Bakrie Global Group asal Indonesia dalam pendanaan Seri C pada Januari 2014. Selain Bakrie Global Group, sejumlah investor juga terlibat dalam pendanaan tersebut, antara lain Greylock, Kleiner Perkins, Index Ventures, Insight Venture Partners, Redpoint Venture Partners, dan First Round Capital. Mereka memberi total pendanaan senilai US$ 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar.
Sadar akan prospeknya yang tinggi di masa depan, Path pun mulai mencari uang. Di awal langkahnya, mereka menjual sticker dan filter untuk menambah pundi-pundi pendapatan.
Berikutnya ada model bisnis akun premium. Pengguna akun ini dipotong bayaran melalui sistem potong pulsa lewat beberapa operator seluler di tanah air.
Walaupun belum diketahui apakah metode itu terbukti ampuh, Path kembali percaya diri dengan membeberkan sejumlah strateginya untuk mengekspansi Indonesia.
Awalnya dimulai dari mencari Country Manager. Path menuliskan bahwa mereka sedang mencari Country Manager untuk Indonesia. Sosok yang dicari yang mengerti akan seluk-beluk para pengguna internet di Tanah Air.
Country Manager akan bertanggung jawab mengembangkan bisnis Path di Indonesia dengan cara meningkatkan jumlah atau intensitas kunjungan pengguna, monetisasi, dan berkerjasama dengan agensi lokal.
Pencarian yang berlangsung selama kurang lebih 3 bulan tersebut membuahkan hasil dengan dipilihnya William Tunggaldjaja sebagai bos pertama Path di Indonesia dan Asia Tenggara. Bukan perkara gampang untuk anak muda ini membawa Path sukses dari sisi bisnis dan berkembang dalam jumlah pengguna.
"Pasti (tak cuma bisnis saja). Karena kami juga ingin membesarkan Path di sini," yakin William, kepada CNN Indonesia, Kamis (12/2).
William mengaku bahwa saat ini dirinya masih melakukan komunikasi dengan kantor pusat Path di San Francisco, Amerika Serikat.
"Saya lagi berkomunikasi dengan kantor pusat (di San Francisco), menyamakan visi dan misi untuk mengembangkan bisnis di sini. Semuanya masih disiapkan," katanya.
Tentunya sangat menarik menanti akan seperti apa strategi yang akan dibawa oleh William untuk membesarkan bisnis Path di Indonesia.
(tyo/ded)