Jakarta, CNN Indonesia -- Proyek Mars One yang berambisi membuat koloni manusia di Planet Mars dalam bentuk kompetisi sedikit demi sedikit mulai terkuak kejanggalan. Keraguan ini muncul dari salah satu peserta proyek ini.
Mars One yang digagas perusahaan asal Belanda itu memang membuka pendaftaran bagi orang yang mau pergi di Mars dan tinggal di sana. Setelah melakukan serangkaian seleksi, terpilihlah 100 orang yang kemudian akan dikerucutkan kembali.
BACA: Dicari Penduduk Bumi untuk Tinggal di Planet MarsDalam keterangannya, proyek Mars One membutuhkan dana US$ 6 miliar atau setara Rp 78 trilliun untuk memuluskan langkah ini. Dana didapatkan dengan cara mengumpulkan sumbangan dari berbagai pihak.
Nah, hal inilah yang menimbulkan kecurigaan diantara finalis Mars One ini. Seperti diungkapkan Dr.Joseph Roche, profesor dari Dublin Trinity School of Education.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profesor itu mengatakan bahwa peringkat dalam Mars One berbasis poin. Ketika seseorang tertarik mengikuti "Mars One Community", calon kontestan diberi poin saat Anda bergerak melalui setiap tingkat berikutnya.
"Poin yang sewenang-wenang dan tidak ada hubungannya dengan ranking, tapi satu-satunya cara untuk mendapatkan lebih banyak poin adalah dengan membeli barang dagangan dari Mars One atau menyumbangkan uang kepada mereka," kata Roche.
Jadi, pada dasarnya, orang-orang cenderung membayar perjalanan mereka menuju babak final. Demikian yang dikutip dari Ars Technica.
Kejanggalan kedua adalah, poin diberikan kepada kontestan yang menarik perhatian media. Perusahaan itu kemudian meminta kontestan yang muncul di media tersebut menyumbangkan 75 persen biaya wawancara kepada Mars One.
BACA: Alasan Calon Penghuni Mars Ingin Tinggalkan BumiFakta lainnya adalah hingga saat ini Roche tidak sekalipun pernah bertemu dengan kontestan lain dari proyek Mars One.
"Awalnya mereka akan mengatakan akan ada wawancara sebagai bagian dari proses layaknya test astronaut. Tapi kemudian mereka membuat kita menandatangani perjanjian
non-disclosure jika kita ingin diwawancarai, dan kemudian tiba-tiba berubah dari menjadi sebuah wawancara langsung selama beberapa hari menjadi wawancara Skype selama 10 menit," curiganya.
Sebelumnya Direktur Hayden Planetarium di Museum of Natural History, Neil deGrasse Tyson skeptis terhadap rencana Proyek mars ini. Bahkan, pakar antariksa dari George Washington University, John Logsdon. Ia menganggap misi Mars One tampak seperti penipuan terstruktur.
Namun soal dana Mars One memang tak sendiri. Melalui situsnya mereka menyatakan bahwa seluruh perlengkapan akan dikembangkan oleh pemasok pihak ketiga, artinya ada organisasi lain yang akan membantu misi mereka.
(tyo)