Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen ponsel pintar dari Indonesia diprediksi akan mendapat gempuran lebih hebat dari kompetitor global di tahun ini, setelah Tiongkok yang selama ini jadi pasar besar industri ponsel pintar menunjukkan tanda-tanda kejenuhan pada kuartal pertama 2015.
Lembaga riset pasar International Data Corporation (IDC) memperkirakan hal ini akan membuat produsen ponsel pintar global melakukan ekspansi lebih agresif di pasar yang sedang tumbuh seperti India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut IDC, pengiriman ponsel pintar ke Negeri Tirai Bambu ini pada kuartal pertama 2015 menurun untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir sebesar 98,8 juta unit atau turun 4,3 persen dari periode yang saham tahun 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Country Manager IDC Indonesia, Sudev Bangah mengatakan, serangan dari kompetitor global akan memberi tekanan besar untuk para pemain lokal. Ia menyarankan vendor lokal untuk memperkuat bisnis di kawasan timur Indonesia.
Baca juga:
Pasar Ponsel Pintar Tiongkok Mulai Jenuh
Ponsel pintar harga murah yang ditawarkan vendor lokal punya peluang besar bermain di Indonesia timur, di mana banyak warga akan beralih dari ponsel fitur menuju ponsel pintar dan mulai memakai Internet.
"Vendor lokal perlu lebih kuat bermain di Indonesia bagian timur, karena vendor global akan mengincar kota-kota besar," ujarnya kepada
CNN Indonesia saat ditemui usai jumpa pers peluncuran TelkomTelstra di Jakarta, Rabu (13/5).
Sementara itu, untuk produk harga menengah dari para produsen global akan lebih serius memperluas pasar di Pulau Sumatera dan Jawa.
Tekanan dari produsen global sebenarnya telah lama dirasakan produsen lokal. Hasan Aula, CEO Erajaya Swasembada yang memiliki merek dagang ponsel Venera, sejak lama menurunkan harga produknya untuk mengincar pasar kelas bawah agar bisa berkompetisi dengan yang lain.
"Dahulu waktu pertama kali diluncurkan tahun 2009, ponsel Venera kami jual sekitar Rp 1,2 juta. Tapi perlahan kami mulai turunkan harga karena persaingan makin kuat," ujar Hasan beberapa waktu lalu.
Tekanan yang tak kalah kuat sekarang datang dari produsen ponsel dari daratan Tiongkok, seperti Lenovo, Oppo, Asus, hingga Huawei, yang dinilai IDC terus mendapat kepercayaan dari konsumen Indonesia.
Meski mendapat tekanan, IDC memperkirakan tahun ini gabungan vendor lokal masih menguasai 40 persen pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia. Angka itu tumbuh dari sekitar 23 sampai 25 persen tahun lalu berkat upaya merek seperti Smartfren, Evercoss, Advan, hingga Mito yang menumbuhkan penjualan mereka.
IDC sendiri memprediksi pengiriman ponsel pintar di Indonesia tahun 2015 ini akan mencapai 29.769.332 unit atau tumbuh 20 persen dibandingkan tahun 2014.
(adt/eno)