Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan teknologi robotik pintar dalam industri kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sejauh ini memiliki fungsi dan bentuk beragam, dari 'pengganti' peran satpam, polisi, pelayan, hingga koki.
Seorang dokter Amerika Serikat (AS), yang juga konsultan seks bernama Ian Kerner baru-baru ini menunjukan kemungkinan fungsi baru dari robot, yaitu menjadi pembantu aktivitas seksual.
"Sebagai dokter saya tidak bisa secara legal merekomendasikan pembantu seksual, namun AI tampaknya punya celah untuk menjadi peran itu," ujar Kerner.
Kerner menjelaskan,
sex surrogacy atau pembantu aktivitas seksual bisa dibilang sebagai sebuah layanan untuk orang-orang yang dilanda masalah seksualitas seperti ejakulasi dini atau mereka yang hanya memiliki pengalaman seksual terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemikiran 'gila' Kerner kemudian memicu bahasan yang lebih jauh, yakni fungsi robot pembantu seksual untuk para paedofil.
"Saya bisa membayangkan para paedofil atau mereka yang punya orientasi seksualnya bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat, robot AI bisa saja bermanfaat bagi mereka untuk berekspresi," lanjut Kerner.
Pemikiran serupa juga datang dari pakar robotik sekaligus direktur Georgia Tech's Mobile Robot Lab, Ron Arkin. Ia mengungkapkan, besar kemungkinan bahwa "sexbots" bakal betul-betul berkembang, khususnya sebagai salah satu 'pengobatan' untuk para paedofil.
"Robot yang menyerupai anak kecil bisa bermanfaat bagi paedofil, sama seperti fungsi metadon untuk mengobati pecandu narkoba. Jika kita bisa menyelamatkan anak-anak, saya rasa proyek ini berfaedah," ucap Arkin.
Kehadiran kecerdasan buatan atau AI tak hanya bisa menguntungkan, namun juga dipandang sebagai sebuah ancaman bagi peradaban manusia.
Elon Musk selaku pendiri perusahaan Tesla Motors dan miliuner Bill Gates berpendapat bahwa AI harus dikelola dengan baik agar hal yang tak diinginkan tidak akan terjadi.
Selain itu, kehadiran robot juga dinilai bisa mengancam para pekerja kelas menengah di Amerika Serikat yang diprediksi bisa saja terjadi pada 100 tahun mendatang. Bagaimana dengan di Indonesia? (
Baca:Tenaga Kerja Indonesia Terancam Robot?)
(eno)