Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden dan CEO Sony Mobile Communications Hiroki Totoki berencana mengubah harga jual dan memangkas biaya produksi di tengah meningkatkan nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap yen Jepang, yang disebutnya sebagai ancaman besar yang memaksa perusahaan mengubah bisnis dan kompetisi.
Dalam pertemuan dengan investor di Tokyo, Jepang, Totoki mengungkap rencananya untuk melawan fluktuasi valuta asing. Lonjakan dollar ini menyebabkan masalah besar untuk bisnis perangkat mobile karena harga bahan baku dan suku cadang ikut naik.
Namun, ia tidak mengungkap lebih detail perubahan harga ponsel pintar seri Xperia, apakah bakal dinaikkan atau diturunkan untuk menekan margin tetapi meningkatkan volume penjualan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Ponsel Android Terbaru Andalan Sony bukan Xperia Z4"Kami melihat penguatan dollar sedang berlangsung. Meskipun ada dampak dari nilai tukar, kami ingin membatasi kerugian melalui harga dan biaya operasional yang lebih rendah," ujar Totoki seperti dikutip dari Reuters.
"Kami ingin bisa bertindak sedini mungkin ketika kita merasakan perubahan, dengan mengubah harga atau mengubah portofolio produk."
Di depan para investor pula, Totoki bersumpan untuk membuat unit bisnis perangkat mobile yang dipimpinnya bisa menguntungkan pada Maret 2016.
Setelah bertahun-tahun mengalami kerugian, Sony Mobile Communications mengharapkan laba bersih 140 miliar yen pada tahun ini.
Di tahun ini, bisnis perangkat mobile Sony menargetkan kerugian operasionalnya bisa ditekan menjadi 39 miliar yen, sementara perusahaan secara keseluruhan memperkirakan meraih laba operasional 320 miliar yen.
Perusahaan induknya, Sony, juga berjuang selama beberapa tahun terakhir karena penjualan lemah dalam bidang ponsel pintar dan televisi karena digempur pesaing dari Asia yang berani menawarkan harga lebih murah.
Di bisnis ponsel pintar, Xiaomi bersaing dengan Apple dan Samsung. Mereka juga mendapat takanan dari para produsen ponsel pintar Tiongkok macam Xiaomi dan Huawei yang mulai mendapat kepercayaan dari konsumen di pasar negara berkembang.
(adt/eno)