Hobi Bergosip Bisa Dijadikan Alat Pertahanan

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Jumat, 05 Jun 2015 15:29 WIB
Fenomena sosial media tumbuh karena orang Indonesia biasa bergosip dan narsis. Ini bisa dimanfaatkan jadi alat pertahanan.
Ilustrasi. Hobi bergosip di Indonesia bisa dimanfaatkan sebagai alat pertahanan. (Dok. Wavebreakmedia Ltd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran media sosial di kehidupan masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Sebut saja Twitter dan Facebook. Ada alasan di balik itu mengapa Indonesia masuk ke dalam negara pengguna media sosial terbanyak skala global.

"Peran masyarakat Indonesia itu besar. Semua berasal dari kebiasaan kita yang hobi bergosip, sharing, dan narsis di media sosial. Sehingga informasi cepat tersebar. Dari situ kita bisa lihat marketing paling bagus di sini adalah dari mulut ke mulut," kata pakar IT Richardus Eko Indrajit, saat dijumpai awak media di Hotel Borobodur, Jakarta, Kamis (6/4).

Menurut mantan ketua ID-SIRTII itu, 'metode' penyampaian informasi secara informal seperti itu hanya ampuh di Tanah Air dan bisa mengalahkan cara formal. Maka, cara itu bisa dimanfaatkan sebagai instrumen pertahanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia bercerita, himbauan di surat kabar seperti koran dinilai tak efektif lagi. Beda halnya dengan informasi yang tersebar di media sosial.

Kendati demikian, pemerintah merasa komando formal yang jelas sesuai tatanan struktur hukum tetap perlu dibentuk agar bisa menyaring konten hoax alias palsu.

Pendekatan secara formal, seperti pembentukan Badan Siber Nasional (BSN), menurut Richardus, memiliki tantangan sendiri. Yakni soal struktur dan penentuan orang-orang di dalamnya.

Richardus menyarankan pemilihan anggota BSN harus dilakukan secara hati-hati.

"Di media sosial itu informasi bergerak cepat. Kita harus mengedukasi bahwa tak semua informasi itu aman dan berhak disebarluaskan. Contoh, aktor muda Raditya Dika itu punya follower Twitter banyak sekali. Misalnya kita jadikan dia duta keamanan, dia akan berbagi informasi yang terpercaya dan masyarakat pasti membaca kontennya," kata Richardus.

Ia menekankan, metode formal dalam bentuk BSN memang harus berjalan secara efektif. Namun secara bersamaan, metode informal juga diharapkan akan menjadi kekuatan tersendiri karena dari situlah peran masyarakat berada. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER