Singapura, CNN Indonesia -- Penetrasi Internet
mobile dan ponsel pintar yang berjalan beriringan membentuk kebiasaan baru dalam kehidupan sehari-hari, sebut saja
Internet banking atau
mobile payment. Hal ini pun memaksa perusahaan penyedia solusi keamanan untuk membentuk keamanan digital.
“Saat ini banyak aktivitas dilakukan seperti
Internet banking, kartu kredit dan sebagainya yang masuk dalam lingkup
digital security. Lalu siapa yang melindungi data-data Anda?“ ujar Presiden Gemalto South Asia dan Jepang Michael Lau, saat menerima kunjungan wartawan di Kantor Pusat Gemalto yang berbasis di Singapura.
Lau menambahkan bahwa setidaknya ada lima area dalam aktivitas sehari-hari yang akan berubah secara dinamis, tentu saja itu karena teknologi. Perubahan pertama adalah
paperwork digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkurangnya penggunaan kertas bisa dilihat salah satunya soal arsip dan dokumen. Dia mencontohkan, “Dokumen semua akan menuju digital. Paspor Anda, misalnya, ada yang mempunyai cip selain mengurangi kertas, juga mempermudah dalam dalam dokumentasi.”
Perubahan lainnya adalah soal
service yang akan makin
go mobile, karena bukan rahasia lagi layanan sudah menjamah dan mudah hanya dengan melalui perangkat genggam,
Lalu ada soal
things get connected. Ini maksudnya integrasi dalam konsep Machine to Machine (M2M). Sebab banyak orang sudah mulai terintegrasi ke Internet, baik di komputer dan ponsel.
“Orang juga akan berpikir soal pemanfaatan teknologi untuk
converge dan
contactless. dan tentu saja yang tak bisa dihidarkan adalah layanan (komputasi) awan,” Lau menjelaskan.
Mobile payment pun tak kalah serunya. Shintaro Suzuki, Marketing Director Gemalto South Asia, mengatakan saat ini pelaku
e-commerce dan Over The Top (OTT) sudah masuk ke dalam
mobile payment.
“Tahun lalu ada perputaran uang
mobile payment sebanyak US$ 10 miliar, ini menunjukkan orang semakin akrab dengan teknologi dan menaruh rasa percaya di sana,” katanya.
Bagaimana dengan Negara Berkembang?
Di negara berkembang seperti Indonesia, salah satu masalah yang dihadapi adalah penetrasi kartu kredit. Penggunaan
mobile payment di beberapa negara besar lebih terkoneksi ke kartu kredit.
Namun itu bukan berarti teknologi tepat guna tak bisa digunakan di bidang ini. Teknologi Near Field Communication (NFC) bisa diterapkan dan di Indonesia sudah diaplikasikan antara lain di layanan e-Money dan BCA Flazz.
“Itu semua berbasis kartu debit kan? Artinya Indonesia bisa menekan perputaran uang dengan menggunakan kartu NFC semacam itu. Sekarang tugas pemerintah adalah bagaimana caranya masyarakat mau menggunakannya,” kata Vice President Gemalto Regional Indonesia, Fillipina dan Vietnam Allan Tan.
Dia menambahkan teknologi digital adalah masalah di setiap negara, kuncinya adalah
awareness dan memberi tahu keuntungan menggunakan teknologi NFC seperti ini.
Dia mengenang, tiga tahun lalu Singapura juga merasakan hal yang sama. Sebanyak 80 persen populasi masih menggunakan uang tunai. Namun Singapura melakukan pendekatan secara masif untuk memberikan kegunaan kartu NFC.
“NFC sangat penting bahkan Anda tak memerlukan kartu kredit. Kami tak hanya memberikan teknologi, namun memberikan juga edukasi ke konsumen,” kata Allan.
(tyo/ded)