Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap tahun, ada sekitar 9 juta pemuda-pemudi Tiongkok akan menghadapi ujian selama dua hari untuk seleksi masuk universitas negeri yang sering dipandang sebagai jalan menuju masa depan dan karier.
Ujian ini sangat berat karena membutuhkan metode menghafal. Setidaknya, dua juta peserta tidak lulus ujian ini dan tidak masuk universitas yang punya jaringan luas ke industri.
Baca juga:
GoPro Bikin Pesawat Tanpa Awak
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecurangan adalah hal yang sering ditemukan dalam ujian seleksi masuk universitas mentereng di Tiongkok ini. Banyak peserta yang membawa perangkat telekomunikasi dengan
ear phone untuk berkomunikasi saling bertukar kunci jawaban.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah di kota Luoyang mengambil langkah memanfaatkan pesawat tanpa awak atau drone untuk mencegah kecurangan.
Drone akan melayang di ketinggian 500 meter di lokasi ujian dan diklaim suara baling-balingnya tidak mengganggu proses ujian.
Alat yang diperkenalkan oleh Luoyang Radio Authority ini akan menangkap sinyal radio dari ear phone yang digunakan peserta curang untuk berkomunikasi.
Ear phone mini itu biasanya disimpan di balik bingkai kacamata, di balik pakaian, pena atau pensil, botol minum, dan lainnya.
Begitu drone mengidentifikasi sinyal radio, maka ia akan mengirimkan data kepada pengawas yang telah dibekali komputer tablet untuk mengontrol arah terbang drone. Dari situ, petugas akan menerbangkan drone lebih dekat ke lokasi sinyal radio untuk memastikan sumber sinyalnya.
Pemerintah Tiongkok belum pernah mengungkap data jumlah kecurangan yang terjadi di ujian ini.
(adt)