NASA Kehilangan Peneliti Penjelajah Jupiter

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Senin, 20 Jul 2015 15:59 WIB
Salah satu peneliti perempuan NASA, Claudia Alexander, meninggal dunia karena kanker payudara. Ia berperan besar dalam misi Galileo yang menjelajah Jupiter.
Peneliti NASA, Claudia Alexander, meninggal dunia karena kanker payudara. Kematiannya diumumkan NASA pada 11 Juli 2015. (Dok. Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selagi NASA bersorak merayakan keberhasilan pesawat antariksa tanpa awak New Horizons yang telah 'bertamu' ke Pluto, badan antariksa Amerika Serikat itu baru saja dirundung duka. Salah satu peneliti perempuan NASA, Claudia Alexander meninggal dunia.

Pihak NASA baru mempublikasikan bahwa Claudia tutup usia pada 11 Juli 2015 lalu karena mengidap kanker payudara selama 10 tahun. Ia meninggal di usia 56 tahun. Perannya di NASA pun tak sembarangan.

Claudia akan selalu dikenang sebagai pengelola proyek pesawat Galileo yang tak lain adalah sang penjelajah planet Jupiter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Claudia menciptakan kombinasi keahlian yang langka sebagai seorang penjelajah luar angkasa," ungkap direktur Jet Propulsion Lab NASA (JPL), Charles Elachi dalam sebuah pernyataan tertulis.

Baca juga: Fakta-fakta tentang Pluto yang Ternyata Salah

Menurut Elachi, Claudia memiliki pemahaman khusus mengenai bagaimana pengaruh dari penemuan ilmiah untuk peradaban di Bumi. "Ia juga paham sekali bahwa pencapaian terhebat adalah hasil dari kerjasama tim," lanjut Elachi.

Claudia lahir di Kanada pada 1959. Ia dan keluarganya hijrah ke California sehingga masa kecilnya tumbuh di sana.

Ia mulai bekerja di JPL NASA pada tahun 1986 dan bergabung ke dalam tim misi Galileo tiga tahun sebelum pesawat antariksa itu diluncurkan untuk memelajari Jupiter beserta bulan-bulannya.

Kemudian, ia akhirnya menjadi pengelola proyek misi akhir Galileo. Tahun 2003 ia mengawasi petualangan terakhir Galileo ketika pesawat nirawak itu sengaja dirancang agar menabrak atmosfer Jupiter yang padat.

Claudia kala itu mengklaim bahwa misi Galileo sangat menakjubkan dan sepadan dengan perjuangan tim yang telah berupaya mewujudkan proyek tersebut.

Lalu di tahun 2000, Claudia terpilih menjadi pemimpin proyek peneliti AS di misi Rosetta milik badan antariksa Eropa ESA. Misi Rosetta adalah mendaratkan pesawat antariksa tanpa awak di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang sukses dilaksanakan November 2014 lalu.

Claudia kepada Los Angeles Times tahun lalu mengatakan, dirinya sebagai wanita berdarah Afrika-Amerika yang berkecimpung di bidang dengan mayoritas laki-laku berkulit putih, ia merasa mampu berperan secara efektif sebagai jembatan antara NASA dan ESA.

"Saya terbiasa berjalan di antara dua budaya yang berbeda. Bagi saya, ini adalah satu di antara tujuan hidup saya, yaitu membawa kita semua ke arah pemahaman untuk bersatu dengan eksplorasi 'gila' yang sebenarnya tak bisa kita lakukan setiap hari," ujar Claudia. (adt)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER