Manfaat Wearable Gadget Lebih Luas di Tempat Kerja

Astria Zahra Nabila | CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2015 05:42 WIB
Jam tangan pintar atau kaca mata pintar adalah sedikit dari wearable gadget yang berkembang luas saat ini.
Jam tangan pintar Apple Watch sedang dihubungkan dengan ponsel pintar iPhone 6 (CNN Indonesia/Aditya Panji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari banyaknya inovasi-inovasi teknologi terbaru yang terus bermunculan, salah satu jenis teknologi yang kian meningkat popularitasnya adalah wearable gadget, khususnya pada tempat kerja.

Satu faktor yang membedakan jenis teknologi ini dengan jenis-jenis lainnya ialah bahwa wearable gadget berbentuk pakaian atau bahkan aksesoris seperti kaca mata, jam tangan, atau gelang yang normalnya dipakai manusia. Penggunaan wearable technology seringkali dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan produktivitas.

Dikutip dari situs Bloomberg, 15 hingga 20 persen dari karyawan yang bekerja di Epicentrum di Stockholm, Sweden memilih untuk menggunakan teknologi yang bisa dipakai tersebut untuk memudahkan aktivitas mereka sehari-hari di tempat kerja. Para karyawan tersebut menanam implan mikrochip di lengan mereka, sehingga mereka tidak lagi membutuhkan kunci atau kartu untuk mengakses beberapa tempat tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Rasanya seperti diimunisasi. Saya merasakan sensasi sakit di tangan saya, tapi hanya untuk beberapa saat,” jelas Hannes Sjoblad ketika ditanya rasanya mengimplan mikrochip di tangannya.

Cip yang diimplan di tangannya tersebut memberikan Sjoblad akses ke kantor dan sasana olahraga dan juga akses untuk menyetel sistem alarm tanpa menggunakan kunci atau kartu.

Tidak hanya di Epicentrum, para pengemudi truk yang bekerja di pertambangan batu bara Rio Tinto diharuskan untuk menggunakan topi yang disebut SmartCap. Topi tersebut dapat mendeteksi tingkat kewaspadaan para pengemudi. Tidak hanya itu, SmartCap juga dapat memberikan peringatan apabila pengemudi yang memakainya mulai merasa mengantuk. Dengan menggunakan topi tersebut, perusahaan Rio Tinto mengurangi presentase kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Selain keselamatan penggunanya, wearable gadget juga dimanfaatkan untuk menjaga dan memonitor kesehatan dan kebugaran para karyawan. Perusahaan minyak BP, misalnya, membagikan sebanyak 24.500 gelang Fitbit kepada karyawannya untuk mencatat tingkat kebugaran mereka. Data yang dicatat oleh Fitbit nantinya akan digunakan untuk bahan pertimbangan asuransi kesehatan.

Namun, meskipun wearable gadget terbukti dapat memberikan beberapa keuntungan tersendiri kepada karyawan, teknologi ini memiliki tantangan tersendiri bagi para penggunanya. Salah satunya adalah keamanan data biometrik yang tercatat pada wearable technology yang tak terjamin kerahasiaannya.

“Peretasan data pribadi terjadi hampir tiap minggu. Tidak ada jaminan bahwa data biometrik yang tercatat di perangkat miniatur tersebut tidak dapat diretas,” ucap pengacara teknologi Paul Lanois.

Selain itu, penggunaan wearable technology juga beresiko menciptakan suasana kerja yang bersifat opresif, sehingga dapat merusak moral karyawan.

"Wearable technology dapat dianggap sebagai alat pengawas yang mengganggu alih-alih sebagai alat yang meningkatkan performa kerja dan tingkat produktivitas para karyawan,” ujar Chris Bauer, direktur inovasi di Goldsmith, University of London. (tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER