Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli biologi kelautan UC Berkeley, Roy Caldwell, pertama kali menemukan gurita yang menarik di Panama pada 1977. Gurita itu cantik, tubuhnya bergaris-garis, dan ukurannya hanya seukuran jari. Dia membawa beberapa ekor spesimen pulang ke laboratoriumnya dan salah satu gurita betina mengagetkannya.
Tak seperti kebanyakan gurita, si betina itu tidak mati setelah bertelur. Gurita betina itu tetap makan dan bertelur lagi.
Caldwell butuh 30 tahun untuk menyingkapkan perilaku-perilaku gurita mungil yang misterius itu, atau yang dikenal dengan nama
Octopus chierchiae, dan 'sepupunya' yang berukuran lebih besar, atau yang lebih dikenal dengan nama Larger Pacific Striped Octopus (LPSO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LPSO, yang seukuran bola tenis, dulu dilaporkan punya perilaku aneh untuk jenis gurita, yaitu hidup dalam koloni yang besar dan tinggal dalam sarang dengan pasangannya setelah kawin. Tapi belum ada ahli yang mengkonfirmasi lebih lanjut soal perilaku ini. Hal ini baru terkonfirmasi setelah Caldwell dan koleganya mendapatkan LPSO dan mengobservasinya dalam kurun waktu 2012-2014 dan mempublikasikan penelitiannya di jurnal PLOS One.
Caldwell mengatakan terkesan dengan teknik berburu LPSO, seperti cara harimau, yaitu menguntit dan menerkam. Gurita mengidentifikasi mangsanya, menggelapkan tubuhnya dan mengkompresi tubuhnya, sebelum 'menerkam' mangsanya memakai tangannya.
"Dramatis," kata Caldwell, seperti dikutip LA Times, Rabu (12/8). "Ini hewan yang responsif dalam cara yang berbeda dengan gurita lain, saya tak pernah melihat spesies (gurita) lain seperti ini."
DNA GuritaPada penelitian lain yang digelar terhadap gurita dua titik dari California, atau
Octopus bimaculoides, para ahli berhasil memetakan DNA hewan itu dan mendapati fakta-fakta menarik soal genetika gurita. Mereka mendapati banyak gen yang belum diketahui sebelumnya, di antaranya berkaitan dengan pewarnaan kulit dan kamuflase.
Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nature pada Rabu (12/8) ini dilakukan oleh tim peneliti dari UC Berkeley dan Institut Sains dan Teknologi Okinawa, Jepang.
(ded/ded)