Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran para pemain
over the top (OTT) asing yang layanannya berjalan di atas infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang tidak membawa untung. Para penyedia operator Tanah Air tak mengantongi uang sepeser pun dari mereka. Lantas apa yang akan dilakukan operator di Indonesia?
Presiden Direktur Smartfren Telecom, Merza Fachys mengatakan, para operator di Indonesia kini sudah mulai membahas tentang bagaimana pola yang baik agar hasil yang didapatkan oleh OTT asing ada yang turun ke negeri ini.
"OTT asing itu lewat seenaknya di jaringan kita, lalu dapat triliunan (rupiah,red),
mbok ya kita kecipratan," ujar Merza kepada beberapa awak media usai acara peresmian Galeri 4G LTE Experience Zone di kantor Smartfren, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, "ini yang sedang dibicarakan oleh semuanya. Perlu dicari pola tepat agar tidak merugikan siapapun."
Merza mengaku ini bukan sekadar berbicara soal apakah operator Indonesia harus berbisnis OTT, melainkan lebih kepada mencari jalan terbaik agar OTT asing secara nasional berkembang di mana pelaku di Indonesia seperti operator dan pemerintah juga mendapat keuntungan.
"Kasarnya itu,
hei kalian berbisnis dari luar negeri ke Indonesia, lewat jaringan Indonesia, entah dapat duitnya lewat mana,
ya bayar pajak
dong," ketus Merza.
Ia menambahkan, tiap operator sekarang memiliki beragam cara kerja. Ada yang memberi 'jalan' untuk OTT agar bisa diakses secara lebih cepat, namun meminta uang sedikit yang bisa diperuntukkan bagi negara. Ada pula yang memilih cara dengan menciptakan layanan serupa untuk melihat mana yang lebih diminati oleh pelanggan.
Bagaimana dengan Smartfren sendiri?
"Ya kalau bisa kombinasi dari semuanya -- bikin sendiri iya dan mungkin mencari kerja sama juga. Yang jelas 'kue' besar dari OTT jangan dilahap semua," tambahnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara beberapa waktu lalu mengakui bahwa selama ini operator telekomunikasi memang tidak mendapatkan keuntungan dari para pemain OTT. Namun, bukan berarti operator mengalami kerugian karena layanan OTT, tapi mereka tidak dapat untung.
OTT asing merupakan layanan berbasis aplikasi atau
web berasal dari luar Indonesia yang memanfaatkan jaringan internet agar bisa diakses pengguna, seperti Google, WhatsApp, Facebook, Twitter dan Path. Layanan ini bisa diakses berkat infrastruktur telekomunikasi.
Dengan pelanggan membeli paket data untuk mengakses internet, operator sebenarnya telah mendapatkan keuntungan atas investasi yang mereka keluarkan. Namun, operator mengaku tarif yang mereka tetapkan sangat rendah lantaran harus menghadapi persaingan ketat.
Beberapa cara telah dilakukan operator telekomunikasi untuk mendapatkan uang dari pemain OTT, salah satunya dengan membuat iklan peralihan (
intrusive ads). Pada kenyataannya, iklan peralihan ini justru banyak dikritik oleh pemain konten, termasuk portal berita.