Jakarta, CNN Indonesia -- Toyota merangkul dua universitas ternama di Amerika Serikat, Universitas Stanford dan Massachusetts Institute of Technology, dalam melakukan penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan serta robotika yang membuat mobil yang seakan menjadi “malaikat penjaga” untuk manusia.
Dalam kemitraan ini, Toyota membuka fasilitas serta mendanai penelitian senilai US$ 50 juta selama lima tahun ke depan.
Yang menarik, Toyota juga mempekerjakan Dr. Gill Pratt, seorang yang dahulu aktif menyelenggarakan kompetisi robotika di DARPA, sebuah lembaga dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang mengembangkan teknologi untuk militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toyota menyebutkan arah penelitian ini tertuju pada “masa depan mobilitas” dan untuk “meningkatkan keamanan manusia.”
Jika melihat tren otomotif, perusahaan asal Jepang itu tak mau ketinggalan dalam mengembangkan mobil yang bisa berjalan otomatis tanpa kendali sopir.
Akan tetapi, Toyota akan fokus menggunakan kemajuan teknologi kecerdasan buatan untuk membuat manusia tetap merasakan kenikmatan mengemudi dan ditambahkan dengan rasa aman.
Mobil masa depan yang dikembangkan Toyota dirancang untuk menjadi “malaikat penjaga” yang memantau perilaku manusia dan mengintervensi memperbaiki kesalahan atau menghindari tabrakan jika diperlukan.
"Dalam otonomi paralel, ada malaikat pelindung atau guru mengemudi," kata Pratt seperti dikutip dari
The New York Times.Sehingga, Pratt berharap teknologi kecerdasan buatan dan robotika ini diharapkan mampu meningkatkan rasa aman, menekan angka kecelakaan di jalan raya, tanpa harus menghilangkan kesenangan mengemudi seseorang di usia berapa pun.
Teknologi mereka akan mendeteksi segala hal yang berada di sekitar mobil, termasuk rambu lalu lintas, marka jalan, pesepeda, pejalan kaki, sepeda motor, dan mobil lain.
Senior Managing Officer Toyota, Kiyotaka Ise mengatakan, penelitian dan pengembangan yang dilakukan pihaknya “benar-benar berbeda” dengan yang dilakukan Google pada mobil tanpa kendali sopir.
Teknologi mobil otonom yang dikembangkan Google itu ibarat kereta tanpa operator. Jika hendak mengimplementasikan ini ke mobil, Ise berpendapat waktu penelitian yang dibutuhkan sangat panjang hingga mencapai tahap komersialisasi.
Otonomi pada mobil dikhawatirkan Toyota dapat menghilangkan kenikmatan dalam berkendara, sementara yang diutamakan Toyota adalah pengalaman mengemudi itu sendiri.
(adt/adt)