Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli arkeologi Indonesia, Harry Truman Simanjuntak, mempunyai banyak pertanyaan soal temuan kerangka manusia purba yang disebut-sebut sebagai spesies baru, yang lebih tua ketimbang
Homo Erectus. Salah satunya soal perilaku penguburan.
“Yang bikin bingung lagi, dugaan adanya perlakuan terhadap si mati, padahal perilaku kubur seperti ini belum ada pada
Homo habilis dan
Homo erectus, dua spesies manusia purba tertua,” kata Harry, kepada CNN Indonesia, Jumat (11/9).
Harry mengatakan masih banyak hal yang belum jelas dari temuan tersebut. Uraian tentang karakter fisik belum jelas dan
radiometric dating terhadapnya pun belum dilakukan. Karena keterbatasan data itu, terlalu banyak ketidakpastian di seputar temuan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada yang mengatakan new spesies, tapi ada pula yg menghubungkan dengan
Homo erectus di Dmanisi,” ujarnya.
Menurut Harry, karena data masih kurang mantap masih terbuka berbagai kemungkinan mengenai taksonomi makhluk tersebut. “Untuk itu kita sebaiknya menunggu kemajuan penelitian, baik terhadap fisik manusianya maupun temuan asosiasi dan konteksnya,” kata dia.
Sebelumnya satu tim peneliti menemukan tulang belulang di Afrika Selatan, yang kemudian diyakini sebagai spesies baru manusia purba. Tulang belulang itu ditemukan di sebuah gua di area kawah Rising Star, sekitar 50 kilometer dari kota Johannesburg. Ada 1.500 potongan tulang, termasuk kerangka rahang dari sekitar 15 individu, meliputi bayi, remaja, dan dewasa. Disebut, masih ada ribuan tulang lain di gua itu, namun tertimbun kotoran.
Para ahli memberi nama makhluk itu dengan nama
Homo naledi. Dari bentuknya, mereka menduga
Homo naledi mirip seperti nenek moyang Homo erectus yang hidup di Bumi sekitar 1,5-1,8 juta tahun lalu.
"Kami menemukan spesies baru yang kemudian ditempatkan di genus
Homo. Sungguh menakjubkan," kata ahli paleontologi dari University of Witwatersrand, Lee Berger yang juga memimpin penelitian tersebut.
Berger menggambarkan
Homo naledi sebagai makhluk yang kurus, berkaki panjang, serta ukuran otak yang kecil seperti jeruk. Sementara urusan gender, Berger meyakini Naledi laki-laki memiliki tinggi sekitar 1,5 meter, sementara Naledi perempuan sedikit lebih pendek. Pengukuran dari tulang yang mereka temukan dianggap menyimpan misteri mengenai campuran kera purba dan manusia modern.
(ded/ded)