Sederet Aplikasi yang Banyak Dipakai Simpatisan ISIS

Marry Marsela | CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 19:04 WIB
Kelompok teroris ISIS biasanya memanfaatkan aplikasi yang memang aman, agar terhindar dari pantauan pihak berwenang.
CAFNR/Flickr
Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang sedang gencar melakukan penyelidikan lebih mendalam terkait jalur komunikasi kelompok teroris seperti ISIS yang diduga mnenggunakan berbagai platform pengirim pesan dalam keadaan terenkripsi.

SITE Intelligence Group sempat mempublikasikan daftar hasil pemantauan dari berbagai aplikasi pengirim pesan yang biasa digunakan oleh kelompok radikal online. Terdapat 33 aplikasi yang mendapatkan kategori aplikasi yang 'tidak aman', 'cukup aman', 'aman', dan 'sangat aman' dari para kelompok radikal ini.

Dalam kelompok 'tidak aman', terdapat beberapa aplikasi pengirim pesan yang sudah tidak asing lagi, seperti Line, WhatsApp, WeChat, dan Kako Talk. BBM dan Facebook Messenger termasuk ke dalam kelompok aplikasi yang 'cukup aman'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sementara itu, Telegram dan Wickr berada pada kelompok 'aman', diikuti dengan SilentCircle dan Redphone yang mendapat predikat aplikasi 'paling aman' untu berkomunikasi.

Menariknya, setelah daftar ini dipublikasikan, Wall Street Journal melaporkan Islamic State atau IS segera beralih dari Twitter menggunakan Telegram, sebagai aplikasi yang mendapat kategori sebagai platform 'teraman' kedua.

Telegram, salah satu aplikasi yang banyak dipakai simpatisan ISIS untuk berkomunikasi (dok.Play Store)

Terbukti, pada 31 Oktober lalu kelompok militan IS mengaku telah menggunakan aplikasi Telegram untuk melancarkan aksi yang mengakibatkan kecelekaan pesawat jet Rusia di Semenanjung Sinai yang menewaskan 224 orang, seperti ditulis di dalam New York Times.

Aplikasi yang menawarkan keamanan berkomunikasi serta menjamin privasi penggunanya memang bisa disalahgunakan oleh kelompok radikal.

Mike Morell, mantan Deputy Director CIA mengatakan, "Kelompok teroris memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi enkripsi komunikasi dari berbagai aplikasi yang dapat digunakan menjadi media komunikasi virtual mereka."

Terkait serangan teroris di Paris pada Jumat (13/11) lalu, badan intelijen Perancis sendiri telah melakukan pemantaun komunikasi dari seseorang yang diduga menjadi salah satu pelaku teror di Paris, Abdelhamid Abaaoud. Abaaoud diketahui melakukan komunikasi dengan berbagai pihak lain yang berlokasi di Belgia, Suriah, dan Maroko.

Meskipun belum ada kepastian terkait penggunaan aplikasi dengan enkripsi di balik peristiwa penyerangan di Paris, namun dengan berbagai fakta yang ada sebelumnya, pihak berwenang masih memiliki dugaan kuat terkait penyalahgunaan aplikasi ini oleh para pelaku terorisme.

(eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER