Teroris Manfaatkan Pesan Instan yang Terenkripsi

Marry Marsela | CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 17:33 WIB
Aplikasi pesan instan dengan keamanan tinggi diduga sering dimanfaatkan oleh pelaku terorisme sebagai sarana media komunikasi.
Ilustrasi aplikasi pesan instan (CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Adanya dugaan pelaku terorisme menggunakan jaringan di konsol PlayStation 4 sebagai media komunikasi, membuat dilema penyedia aplikasi enkripsi pesan. Karena bukan tidak mungkin, aplikasi ini digunakan untuk hal serupa.

Aplikasi enkripsi pesan ini pada dasarnya membuat pesan yang dikirimkan menjadi aman dan tak bisa diintip oleh siapapun bahkan oleh penyedia layanan tersebut.

Aplikasi yang menyediakan enkripsi pesan ini juga menjadi belakangan menjadi perdebatan umum dikarenakan telah marak 'disisipi' oleh oknum-oknum terorisme yang menjalin komunikasi virtual melalui aplikasi ini, khususnya setelah Edward Snowden berhasil meretas data CIA pada tahun 2013 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengutip dari New York Times, pihak pemerintah Amerika Serikat melaporkan bahwa kelompok terorisme Islamic State atau yang dikenal dengan sebutan IS ini seringkali menggunakan teknologi enkripsi selama beberapa tahun belakangan sehingga sulit untuk bisa dilacak oleh National Security Agency (NSA).

"Kami menduga jaringan terorisme ini saling berkomunikasi melalui aplikasi pesan dengan enkripsi yang menyediakan jaringan aman bagi para teroris. Aplikasi pesan dengan enkripsi ini juga sangat sulit untuk bisa ditembus oleh pemerintah," ungkap Michael Morell, mantan Deputy Director CIA sekaligus komentator senior untuk keamanan nasional CBS News di dalam video berita di CBS News (Senin 15/11).

Serangan-serangan yang dilakukan IS adalah sebuah bentuk keberhasilan dari usaha serta manisfestasi yang dilakukan kelompok tersebut melalui kecanggihan teknologi.

"Serangan yang dilakukan IS ini diduga telah direncanakan, dikoordinasikan, bahkan diarahkan dari Irak dan Suriah. Selanjutnya, IS memerintahkan para mlitannya dan berkomunikasi menggunakan kecanggihan teknologi dengan mereka untuk melakukan eksekusi tindakan.

Ini adalah sebuah bentuk manifestasi dari kecanggihan teknologi yang digunakan oleh ISIS, di mana belum pernah ada lagi semenjak peristiwa pengeboman di London pada tahun 2005 lalu," ungkap Morell.

Terbukti, ada beberapa kasus terorisme yang ternyata menggunakan aplikasi dengan enkripsi pesan untuk mendukung dalam melancarkan aksi teror tersebut. Pada 31 Oktober 2015, kelompok militan IS mengaku menggunakan aplikasi Telegram untuk melancarkan aksi yang mengakibatkan kecelekaan pesawat jet Rusia di Semenanjung Sinai yang menewaskan 224 orang, seperti ditulis di dalam New York Times.

Selain itu, Aaron F. Brantly bersama dengan afiliasi Army Combating Terrorism Center Amerika Serikat telah menemukan bahwa anggota IS menggunakan setidaknya 120 platform berbeda, di mana kebanyakan platform tersebut memiliki fasilitas enkripsi sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi.

Beberapa aplikasi dengan enkripsi pesan seperti Whatsapp, Telegram, Signal, dan Wickr memang pada dasarnya sangat mudah diakses oleh netizen, bahkan tidak berbayar. Aplikasi yang juga dikenal dengan istilah enkripsi 'end-to-end' ini dapat melindungi seluruh data pengguna sehingga tidak bisa dibaca dan disalurkan melalui internet, yang kemudian membuat oknum teroris tertarik untuk menggunakan platform seperti ini.


Telegram sendiri memiliki keunikan dibandingkan dengan platform lainnya, di mana Telegram menyediakan layanan keamanan terbaik bagi penggunanya dengan mengenkripsi seluruh data menggunakan algoritma.

Selain itu, dalam situs ulasan Google Play juga dituliskan bahwa Telegram menjamin keamanan data pengguna dan tidak akan memberikan akses kepada pihak ketiga.

WhatsApp salah satu aplikasi pesan yang dienkripsi

Inilah yang kemudian menjadikan Telegram sebagai suatu media komunikasi menjanjikan bagi oknum teroris, namun di sisi lain sebuah dilema ketika pemerintah tidak bisa ikut campur untuk mengutak-atik data pengguna yang telah dienkripsi.

“Para pembuat aplikasi dengan enkripsi sejauh ini juga belum membuat kunci-kunci enkripsi bagi aplikasi buatan mereka sehingga pemerintah menjadi sulit untuk bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut serta penerapan peraturan perundang-undangan terkait masalah ini,” kata Brantly

Hingga kini, meskipun belum ada kepastian terkait penggunaan aplikasi dengan enkripsi di balik peristiwa peneyerangan teroris di Paris, namun dengan berbagai fakta yang ada, pihak berwenang masih memiliki dugaan kuat terkait penyalahgunaan aplikasi ini oleh para pelaku terorisme.

(tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER