Google Glass Muncul Kembali dengan Konsep Fleksibel

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Selasa, 01 Des 2015 03:51 WIB
Dalam paten yang diajukan Google, nampak kacamata pintar terbaru mereka mungkin bisa bersifat fleksibel dan lentur untuk memudahkan dipakai di kepala.
Ilustrasi Google Glass. (Karlis Dambrans/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Google telah menyetop produksi dan penjualan kacamata pintar Google Glass di awal tahun 2015. Tetapi perusahaan tak mau berhenti sampai di situ, mereka melahirkan kembali suksesor Google Glass dalam penelitian yang disebut Project Aura.

Pekan lalu, Google telah diberi hak paten oleh Badan Merek Dagang dan Paten Amerika Serikat untuk konsep kacamata pintar fleksibel nan lentur yang bisa ditempelkan di kepala manusia.

Mengutip situs CNet, paten bertajuk "Wearable Devices with Input and Output Structures" yang diberikan oleh Badan Merek Dagang dan Paten Amerika Serikat menyebut bahwa kacamata pintar ini dilengkapi oleh layar yang bisa digunakan untuk bermain video dan dapat dilihat oleh mata satunya melalui prisma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam paten tersebut juga digambarkan bahwa Glass baru Google ini memang bersifat fleksibel dan lentur, sehingga bisa menyesuaikan diri di kepala si pengguna.

Kacamata pintar ini nantinya akan menempel hanya di satu sisi pada muka si pengguna, dengan diselipkan di salah satu telinga dan layarnya yang mungil akan bertengger di depan mata.

Media The Information melaporkan bahwa Google mengembangkan setidaknya tiga perangkat purwarupa Glass yang berbeda, antara lain versi sport dan versi kacamata pintar konvensional untuk konsumen enterprise.

Nah, paten Glass fleksibel ini masih belum jelas apakah termasuk ke dalam tiga rancangan purwarupa tersebut atau tidak. Pihak Google dilaporkan belum memberikan tanggapan soal ini.

Sebelumnya, Google diberitakan telah merekrut sejumlah pemrogram dan teknisi untuk membangun kacamata pintar baru. Beberapa nama besar yang diketahui adalah trio mantan pemrogram yang sebelumnya bekerja di penelitian eksperimental Lab126 di Amazon. Mereka adalah Amir Frenkel, Tina Chen dan Dima Svetlov.

Ada juga nama Max Ratner, mantan teknisi Apple. Semua bergabung pada Juli dan Agustus 2015, menurut akun LinkedIn masing-masing nama itu. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER