Jakarta, CNN Indonesia -- BlackBerry akhir November 2015 sempat mengumumkan rencana angkat kaki dari Pakistan. Tetapi kini perusahaan asal Kanada itu memutuskan untuk tetap tinggal dan beroperasi di negara itu.
Kementerian Dalam Negeri Pakistan beberapa bulan lalu sudah mengirimkan perintah melalui Pakistan Telecommunication Authority (PTA) untuk melarang para perusahaan telekomunikasi menawarkan layanan BlackBerry Enterprise Service (BES).
Larangan tersebut awalnya berangkat dari penolakan BlackBerry terhadap permintaan pemerintah Pakistan mengakses data pelanggan BlackBerry. Perusahaan meyakini hal tersebut bisa membahayakan privasi para konsumen. Maka, ketimbang harus mengubah kebijakan, BlackBerry memutuskan untuk keluar dari Pakistan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip situs Engadget, setelah melakukan "diskusi produktif", pemerintah Pakistan mencabut keputusan pelarangan penawaran layanan BES.
BlackBerry pun akan tetap tersedia untuk pasar Pakistan dan tak akan ada yang berubah dari keamanan privasi data para penggunanya.
"Kami bersyukur bahwa Pakistan Telecommunication Authority dan pemerintah setempat mau menerima posisi BlackBerry bahwa kami tidak bisa memenuhi konten trafik BES milik konsumen," tulis Chief Operating Officer (CTO) BlackBerry, Marty Beard, di blog resmi perusahaan.
Alasan utama larangan pemerintah Pakistan sejak awal adalah soal isu keamanan. Pemerintah Pakistan khawatir seluruh pesan yang dikirim melalui BES bisa dilacak oleh pihak yang tak berhak. Tapi di sisi lain, Pakistan juga merasa tidak punya kuasa atas enkripsi BES.
Di Pakistan tercatat jumlah pengguna BES memang tak terlalu banyak, sekitar 4.000 sampai 5.000 pengguna.
BES merupakan salah satu layanan manajemen komunikasi yang diunggulkan BlackBerry karena sistem keamanan yang baik. Setiap pesan yang masuk atau keluar, akan dienkripsi terlebih dahulu oleh server BlackBerry.
(adt)