Jakarta, CNN Indonesia -- Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan bahwa mereka mendapat dana segar USD 90 juta, atau setara Rp 1,25 triliun dari pemerintah yang akan dipakai untuk membuat WFIRST (Wide-Field Infrared Survey Telescope) atau teleskop survey infrared untuk bidang luas.
Hal ini diungkapkan Paul Hertz dari NASA dalam acara tahunan American Astronomy Soceity pada Senin (4/1). Hertz mengungkapkan NASA mendapatkan suntikan dana lebih dari anggaran Kongres Pemerintah AS, di mana sebelumnya hanya dianggarkan sebesar Rp 222 milyar oleh presiden.
“Kami akan membuat WFIRST menjadi sebuah terobosan di mana NASA dapat melakukan eksplorasi di waktu menyenangkan dalam sejarah luar angkasa saat ini, dengan tujuan ilmiah utama untuk mempelajari materi gelap dan menemukan planet luar,” ungkap Rhoads pada rilis yang dikutip dalam situs Paradise Valley Independent.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan modal yang berkelimpahan ini, NASA pun akan secara resmi memulai proyek pengembangan teleskop WFIRST lebih cepat di tahun ini, yang awalnya direncanakan dimulai 2017. NASA juga menunjuk beberapa partner dalam proyek pengembangan WFIRST, seperti Arizona State University, School of Earth and Space Exploration scientists James Rhoads, Uppsala University, dan beberapa instansi lainnya.
Wide Field Infrared Survey Telescope (WFIRST) space observatory. Foto oleh NASA/Goddard Space Flight Center. |
Teleskop yang akan dibangun ini memiliki cermin selebar 2,4 meter yang dirancang untuk mengukur cahaya dari setidaknya 380 juta galaksi dan 2.600 planet luar pada misi awal yang dijadwalkan berlangsung selama 6 tahun.
Teleskop WFIRST ini akan memiliki dua instrumen yang terdiri dari instrumen bidang luas serta instrumen koronagraf.
Instrumen bidang luas ini menjadikan teleskop WFIRST memiliki daya pandang lebih luas, bahkan 100 kali lebih besar daripada instrumen bidang luas yang dimiliki oleh teleskop Hubble.
Sementara, instrumen koronograf dapat membantu menghalangi cahaya berlebih dari bintang sehingga ilmuwan memiliki penglihatan lebih jelas untuk mengobservasi planet luar.
Hertz yang juga memimpin divisi fisika perbintangan NASA menambahkan bahwa pihaknya akan merancang waktu dan alokasi bujet untuk menyelesaikan proyek pembuatan teleskop ini.
Ia juga menegaskan bahwa untuk tahun-tahun ke depan, NASA akan berusaha menekan bujet untuk area selain bagian fisika perbintangan dikarenakan Kongres mengarahakan pada pengembangan WFIRST, serta penyelesaian teleskop antariksa James Webb yang akan diluncurkan tahun 2018.
Selanjutnya, NASA juga mengharapkan pengembangan teleskop terbarunya ini dapat menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan atas keingintahuan manusia, sekaligus menguak berbagai misteri yang ada di alam semesta.
Secara spesifik, ahli astronomi akan memanfaatkan teknologi teleskop ini untuk mengobservasi area materi gelap, eksoplanet, dan astrofisika inframerah.
“6 bulan observasi menggunakan WFIRST akan setara dengan 100 tahun observasi inframerah menggunakan teleskop antariksa Hubble. Kami akan menunjukkan bagaimana alat ini dapat mencatat rentetan kejadian sejarah galaksi dan pembentukan quasar, serta melihat dampak dari objek-objek tersebut terhadap alam semesta di sekitarnya,” ungkap Malhotra dalam rilis.
Teleskop yang akan menjadi 'bola mata' baru NASA yang menjelajah alam semesta ini dijadwalkan akan diluncurkan di acara Evolved Expendable Launch Vehicle di Cape Caneveral, Florida pada tahun 2024 mendatang.
(eno)