Jakarta, CNN Indonesia -- Drone telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang tengah meningkat popularitasnya. Baru-baru ini sekelompok ilmuwan asal Oxford memperingatkan bahaya pesawat nirawak ini bila jatuh ke tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, seperti kelompok teroris.
"ISIS dilaporkan terobsesi meluncurkan serangan terorganisir menggunakan sejumlah besar drone yang ditujukan kepada orang banyak untuk menciptakan kembali kengerian seperti peristiwa 9/11," tulis kelompok peneliti 'Oxford Research Group' dalam laporan 'Perseteruan Penggunaan Drone oleh Aktor Non-Negara terhadap Target Orang Inggris'.
Kelompok peneliti ini juga tengah melakukan sebuah proyek bernama 'Remote Control Project', di mana peneliti melakukan analisa terhadap tren penggunaan teknologi di bidang militer, serta ancaman yang mungkin muncul di masa yang akan datang, sebagaimana ditulis dalam situs Oxford Research Group.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Drone adalah pengubah permainan di tangan yang salah," ungkap salah seorang peneliti bernama Chris Abbot.
Mengutip dari IB Times, para ilmuwan mengklaim bahwa pesawat tanpa awak ini dapat dijadikan sebuah alat pembawa bom ke target-target potensial, seperti stasiun tenaga nuklir atau bahkan ke atas mobil perdana menteri Inggris.
Drone juga diklaim sebagai perangkat udara sederhana, terjangkau, sekaligus efisien untuk bisa dimodifikasi menjadi perangkat peledak.
"Pemerintah harus menangani ancaman ini dengan serius dan berkomitmen untuk melakukan berbagai penanggulangan yang masih dapat memberikan legitimasi untuk penggunaan komersil dan pribadi," kata Abbot.
Kini tengah terdapat setidaknya 200 iklan yang memasarkan drone kepada masyarakat, di mana mungkin saja drone dapat menjadi sebuah alat pembawa bom hanya dengan membutuhkan modifikasi sederhana.
Drone yang tergolong sebagai kendaraan udara 'tak berawak' ini memang tengah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat internasional. Selain menjadi bentuk inovasi teknologi yang mendominasi di tengah pameran CES 2016 yang baru saja berlangsung di Las Vegas, drone juga ternyata tengah menyita perhatian kalangan pemerintah, khususnya para pembuat kebijakan.
Keberadaan drone memang seperti 'memakan buah simalakama', di satu sisi menjadi solusi sebagai alat pengantar barang dari berbagai bisnis serta menjadi 'kepanjangan mata' manusia yang dapat memantau dari langit.
Tapi di sisi lain, berbagai serangan dengan menggunakan drone pun cukup mengkhawatirkan berbagai pihak. Pada November 2015, diketahui terdapat sebuah drone yang menabrak kincir besar di Seattle.
Di bulan Januari 2015, sempat ada drone misterius yang jatuh di halaman rumput Gedung Putih. Bahkan, sempat ditemukan drone misterius yang bersifat radiokaktif pada atap kantor pemerintahan perdana menteri Jepang pada bulan April 2015.
Abbot menambahkan untuk ke depannya Inggris harus lebih 'bersiaga' karena saat ini para kelompok ekstrim, pelaku kriminal, korporasi, dan bahkan rakyat jelata memiliki akses yang begitu luas untuk bisa mendapatkan drone serta bisa saja merencanakan serangan terhadap negaranya di suatu waktu.
"Peperangan teknologi remot kontrol ini sangat tidak mungkin dikendalikan," tulis Abbot dan rekan-rekan sejawatnya dalam laporan.
(tyo)