Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi Fujifilm asal Jepang setiap tahun menganggarkan dana sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 20 triliun untuk penelitian dan pengembangan di segala unit bisnis yang digeluti.
Fujifilm sejauh ini berbisnis pada sektor photo imaging, sistem grafis, printer, dan alat medis.
“Kami mengeluarkan sekitar 4,3 juta dolar per hari untuk penelitian dan pengembangan,” ujar Takashi Miyako, Research and Development Manager Fujifilm Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Divisi penelitian dan pengembangan ini menjadi "jantung" di dalam perusahaan teknologi, sebagai pihak yang mengusung kekuatan inovasi di balik lini produk Fujifilm.
Di bisnis fotografi, divisi ini mendorong agar kamera digital Fujifilm mengusung sensor teknologi tercanggih dan memiliki autofokus yang cepat. Hal itu nampaknya berbuah manis untuk produk kamera mirrorless Fujifilm yang menduduki pangsa pasar kedua di Indonesia.
Miyako berkata, produk Fujifilm menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kamera mirrorless di Indonesia, menurut data lembaga riset GfK. Posisi pertama dipegang oleh Sony dengan pangsa pasar sekitar 35 persen.
Di Thailand, Miyako mengklaim Fujifilm menguasai pasar kamera mirrorles melibas para kompetitornya.
Dalam laporan keuangan kuartalan yang berakhir pada 31 Desember 2015, Fujifilm mencatat pendapatan US$ 5 miliar atau turun 2,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih perusahaan di kuartal itu US$308,4 juta atau turun 29,8 persen dari tahun ke tahun. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh penjualan perangkat elektronik imaging yang lemah.
Kontribusi bisnis solusi imaging sebesar 16,2 persen dari total pendapatan. Yang terbesar dipegang oleh solusi dokumen sebesar 44,8 persen, dan terbesar kedua adalah solusi informasi sebesar 39 persen dari total pendapatan.
Dari total pendapatan di atas, pasar domestik Jepang menyumbang 39,6 persen dan sisanya berasal dari pasar internasional sebesar 60,4 persen.
(adt/adt)