Lawan FBI, Apple Store Ramai-ramai Didemo

CNN Indonesia
Kamis, 25 Feb 2016 13:33 WIB
Puluhan orang terlihat melakukan demo di depan Apple Store sebagai protes terhadap FBI.
Demo di Apple Store
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang hak digital Fight for the Future mengadakan demonstrasi di Apple Store yang tersebar di seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat. Mereka ingin mendukung Apple dalam perseteruannya dengan FBI.

Dari puluhan lokasi, pendukung paling banyak 'mengepung' Apple Store di San Francisco, yakni sekitar 50 orang yang berkumpul, serta diramaikan oleh sekitar 20 wartawan yang mewawancarai mereka.

Dilaporkan USA Today, mereka berbondong-bondong memegang papan yang bertuliskan "Secure Phones, Save Lives", "Don't Break Our Phones", hingga "I Stand With Apple".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka juga ramai-ramai menyanyikan lagu yang sengaja diganti liriknya agar menunjukan dukungan terhadap penolakan Apple untuk membobol sistem keamanan iPhone 5c milik penembak California.

"Kami tidak percaya bahwa keamanan kami bisa dicapai dengan membobol ponsel orang lain," ucap salah satu pendemo Bonnie Lockhart.

Sementara di Apple Store Boulder, California hanya diramaikan oleh selusin pendemo yang juga menyerukan dukungannya dengan memamerkan tulisan mereka yang melawan keinginan FBI agar bisa masuk ke sistem keamanan iPhone.

Apple Store di Manhattan, New York City juga tidak menghasilkan banyak pendemo, hanya sekitar 8 orang yang mana usianya sekitar 20an atau 30an tahun.

Salah satunya bernama James Ferguson, seorang mahasiswa kedokteran dari Brooklyn, mengatakan bahwa jika FBI tetap berharap Apple mengabulkan permintaan mereka, maka ke depannya pasti banyak ponsel yang akan diincar untuk dibobol.

Ferguson juga berpendapat, pemerintah China dan Rusia bisa-bisa menyadap perangkat Apple dengan mudah apabila perusahaan melemahkan sistem enkripsinya, dan berharap Presiden Barack Obama menyuruh FBI untuk berhenti mendesak perusahaan teknologi terkait hal ini.

"Ini akan berujung risiko tinggi terhadap semua iPhone di manapun," ucap Ferguson.

Situs 9to5mac menambahkan, dari hasil riset terbuka mereka menunjukan bahwa ada 86 persen konsumen merasa sikap Apple yang keukeuh tak ingin membantu FBI adalah "benar", dan 51 persennya berada di pihak FBI.

Awalnya pihak pengadilan mendesak Apple bersedia membongkar ponsel iPhone 5c milik salah satu pelaku penembakan di San Bernardino, California, Syed Ridwan Farook.

FBI mengaku kesulitan untuk membuka ponsel dengan menebak kata kunci. Pasalnya, ketika upaya menebak kata kunci selama 10 kali berturut-turut gagal, maka fungsi hapus-otomatis di ponsel itu akan aktif. Sehingga, data yang ada di ponsel itu tidak akan terhapus dengan sendirinya.

Padahal, isi ponsel itu dianggap penting dalam penyelidikan kasus bagi penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan 14 korban dan 2 pelaku itu.

Manuver Departemen Kehakiman selama seminggu terakhir telah mendorong pendukung Apple untuk menunjukkan kasus ini bukan soal membuka kunci enkripsi data dari ponsel Farook ini.

Akhir pekan lalu Departemen Kehakiman turut mengajukan dokumen pengadilan tambahan yang diulang sebagai argumen hukum dan mengkritik perlawanan perusahaan sebagai "strategi pemasaran merek."

Apple pun langsung menanggapinya dengan mengadakan konferensi pers untuk menangkal penggiringan opini publik. Langkah yang dilakukan oleh Apple ini termasuk langka, karena perusahaan tersebut jarang bereaksi seperti itu.

Apple juga sempat mengusulkan agar pemerintah membentuk panel enkripsi, ini sebagai jalan mengatasi kebuntuan.

Sebuah panel keamanan digital yang terdiri dari ahli teknologi, bisnis dan penegakan hukum telah diusulkan oleh Senator Demokrat Mark Warner dan Perwakilan Republik Michael McCaul, yang memimpin Komite Keamanan Dalam Negeri, untuk membantu memecahkan kebuntuan atas kasus enkripsi tersebut.

Apple sendiri mengindikasikan akan bekerja dengan komisi atau panel ahli untuk membahas masalah ini lebih lanjut.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER