Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah banyak aplikasi yang menawarkan jasa mengantar barang, mulai dari Gojek, Grab, dan lainnya. Kini, muncul aplikasi yang menawarkan jasa mengantar obat pesanan dari apotek hingga ke tangan pasien.
Aplikasi bernama Apotik Antar tersebut dibuat oleh perusahaan teknologi di bidang kesehatan, M-Health. Prinsipnya, mereka hendak membantu pasien dalam mencari obat.
"Kami bukan apotek di dunia maya, kami tidak menjual obat. Kami hanya mempertemukan apotek dengan pasien, sesuai dengan keinginan kami untuk memudahkan aspek kesehatan masyarakat," kata Jonathan Sidharta, CEO M-Health kepada
CNNIndonesia.com dalam jumpa pers pengenalan Apotek Antar di Jakarta Pusat, Rabu (24/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jonathan, aplikasi Apotik Antar yang sudah tersedia untuk perangkat iOS dan Android tersebut bekerja mendeteksi apotek terdekat dengan pengguna.
Pengguna atau pasien hanya tinggal mengunggah foto resep dari dokter atau memilih obat yang dibutuhkan ke aplikasi Apotik Antar. Kemudian, sistem mereka melacak ketersediaan obat yang dimaksud pada apotek rekanan yang terdekat dari pasien.
Apotek penyedia obat yang dicari akan memberitahu pasien dan mengantarkan obat itu melalui jasa Gojek. Pembayaran dilakan secara tunai saat obat sampai atau cash on delivery, termasuk biaya antar dari Go-Jek.
"Kami resmi bekerjasama dengan Go-Jek. Pasien tidak perlu pindah aplikasi untuk memesan Go-Jek. Ini sudah dalam aplikasi Apotek Antar," kata Jonathan.
Sejak dirilis pada Januari lalu, aplikasi ini telah diunduh sekitar 2.000 kali. Jonathan mengaku baru menggandeng 200 apotek di Jakarta. Ia menjanjikan dalam waktu dekat akan semakin bertambah dan memperluas jaringan di 12 kota di Indonesia.
Jonathan menjamin apotek yang terdaftar dan menjadi rekanan Apotik Antar adalah resmi memiliki apoteker penanggung jawab dan Surat Izin Apotek (SIA). Ia pun mengklaim memakai sistem keamanan yang mengacu pada Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPPA), baik untuk keamanan sistem, hingga data pasien.
"Data pasien kami simpan di cloud, termasuk resep. Jadi bila biasanya standar simpanan resep sekitar lima tahun dapat dihilangkan, ini sampai 50 tahun juga tidak masalah," katanya.
"Untuk server, kami pastikan ini aman tidak mudah diakses sembarang orang, bahkan termasuk saya. Begitu pula untuk urusan administrasi, bila saya ingin mengakses maka harus ada pihak lain dan dari Kemenkes. Dari segi sistem, saya jamin ini cukup aman."
(adt/adt)