Jakarta, CNN Indonesia -- Baru diperkenalkan beberapa waktu lalu di ajang World Mobile Congress (MWC) 2016 di Barcelona, perangkat virtual reality (VR) Vive dari HTC sudah dipesan sebanyak 15 ribu unit dalam kurun waktu 10 menit.
Pemesanan headset VR Vive mulai dibuka pada 29 Februari kemarin serempak di 24 negara, yaktu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Perancis, Taiwan, China, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Salah satu eksekutif HTC Shen Ye mempublikasi kicauannya di Twitter kemarin mengenai Vive yang laris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Woah, lebih dari 15 ribu unit kurang dari 10 menit," serunya di laman Twitter @shen.
Mengutip situs
International Business Times, bisa dikatakan headset Vive dari HTC itu rata-rata terjual sebanyak 25 unit per detik. Awal yang cukup baik bagi pendatang baru.
Di ajang MWC 2016 lalu, perusahaan menyebutkan bahwa Vive adalah hasil kolaborasi HTC dengan perusahaan game Valve.
Di saat yang sama, HTC langsung mengungkap harga Vive, yakni US$799 atau sekitar Rp10,7 juta. Harga tersebut lebih mahal US$200 dibanding headset Rift buatan Oculus yang telah diakuisisi oleh Facebook.
Dengan harga Rp10,7 juta konsumen akan mendapatkan headset Vive serta dua alat pengendali nirkabel (wireless) dengan feedback indera peraba untuk kedua tangan dan sepasang pemancar laser "Lighthouse" untuk fitur pelacakan.
HTC juga menyematkan fitur Vive Phone Services yang memungkinkan pengguna tetap menerima pesan teks dan panggilan masuk tanpa harus melepaskan headset, serta ada kamera yang menghadap ke depan demi menghubungkan pengguna ke 'dunia nyata'.
Headset Vive turut dilengkapi dengan mikrofon internal dan konektivitas Bluetooth yang bisa dimanfaatkan untuk penggunaan ponsel pintar.
Beberapa waktu lalu CEO HTC Cher Wang sempat mengatakan sikap optimisnya terhadap perkembangan teknologi VR.
"Dengan virtual reality, teknologi menjadi tak terbatas. Anda bisa 'hidup' di dunia lain dengan perangkat headset. Bayangkan teknologi ini bisa mengubah proses operasi, edukasi, ilmiah, hingga berbelanja," seru Wang, mengutip situs The Telegraph.
Ia juga menambahkan, bahwa perusahaan tengah bersikap "realistis".
"Smartphone memang penting, namun untuk menciptakan hal lebih canggih yang bisa terhubung seperti perangkat wearable dan headset VR adalah jauh lebih penting," tandas Wang.
(eno)