Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ada kabar yang mengatakan 4G LTE ditemukan oleh perorangan, sepatutnya hal itu dipertanyakan karena teknologi ini ditentukan dalam konsensus secara global.
Dalam 4G LTE, istilah 4G mengacu pada sistem komunikasi seluler generasi keempat. Sementara LTE adalah Long Term Evolution. Teknologi ini menggantikan 2G GSM/EDGE dan 3G WCDMA (HSPA). Ia bisa mencapai kecepatan menembus 1 Gbps ynag berarti puluhan kali lebih cepat dari 3G.
4G LTE dibuat dan dirumuskan dalam sebuah badan standarisasi internasional yang dinamakan 3GPP (3rd Generation Partnership Project). 3GPP memiliki anggota hampir semua pelaku industri telekomunikasi dan berbagai pusat penelitian, diantaranya termasuk vendor Ericsson, Huawei, Samsung, Nokia, Qualcomm, Sony, lalu operator seperti NTT Docomo, KDDI, AT&T, KT Corporation, Telia Sonera, Vodafone, Orange, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proses perumusannya berawal dari fasa study item (studi kelayakan) sekitar 2005 awal dan dilanjutkan dengan fasa working item (perumusan standar)," tulis Dr. Basuki Priyanto dan Dr. Eko Onggosanusi dalam keterangan yang diterima
CNNIndonesia.com.
Dr. Basuki Priyanto kini bekerja di Sony Mobile Communications AB di Lund, Swedia, sebagai master researcher. Ia melakukan riset di fase awal LTE sejak 2005 dan hingga kini aktif berkontribusi sebagai delegasi 3GPP RAN1.
Sementara Dr. Eko Onggosanusi saat ini menjabat direktur riset di Samsung Research America berlokasi di Dallas, AS. Ia menjadi delegasi 3GPP RAN1 sejak 2005 sampai sekarang dan berperan sebagai kontributor aktif di dalam teknologi LTE.
Kedua orang Indonesia ini menghasilkan dan memegang banyak paten terkait LTE baik dalam spesifikasi maupun implementasi. Dari ratusan delegasi di 3GPP, hanya dua orang yang berasal dari Indonesia, yang tak lain Basuki dan Eko.
Dalam keterangan, kedua peneliti ini berkisah bahwa hampir semua anggota 3GPP mengusulkan ide dan proposalnya lalu mendiskusikan teknologi LTE sejak fase awal, misalnya mempertimbangkan dari sisi kompleksitas dan performa. Pada umumnya, sebelum mengusulkan ide atau proposal, ide tersebut sudah terproteksi dalam bentuk paten.
Proses perumusan standar 4G LTE memerlukan proses yang cukup panjang dan pertemuan diselenggarakan hampir setiap bulan di berbagai negara.
"Jarang sekali ada proposal tunggal dari satu perusahaan yang diadopsi tanpa modifikasi (as it is). Keputusan ini diambil melalui proses konsensus," tulis keterangan kedua peneliti ini.
Setelah standar dokumen atau yang dikenal sebagai spesifikasi sudah diresmikan oleh 3GPP, maka semua vendor telekomunikasi akan mengimplementasikan produknya sebagai dokumen spesifikasi di setiap lapisan akses.
Hal ini menjadikan 4G LTE suatu sistem yang mempunyai kompleksitas cukup tinggi di sisi handphone, base-station, dan jaringan infrastruktur.
Kedua peneliti berkata, setiap fitur di teknologi LTE sering kali adalah hasil sintesis dari beberapa proposal. Komponen-komponennya dirumuskan secara bersamaan oleh pelaku industri dalam 3GPP.
Teknologi LTE sendiri dirumuskan di dalam 6 dokumen spesifikasi yang kompleks. Untuk lapisan fisik (physical/PHY layer/Layer 1), sebanyak empat dokumen spesifikasi inti telah dibentuk. Untuk lapisan di atas (medium access control dan radio resource controller), dua dokumen spesifikasi ini telah dibentuk.
"Jadi, tidaklah mungkin bahwa seseorang atau bahkan satu institusi dapat mengklaim sebagai penemu 4G LTE," tegas kedua peneliti.
Basuki dan Eko, yang mengkhawatirkan terjadi misinformasi dari kabar yang selama ini mengatakan bahwa orang Indonesia adalah "penemu" teknologi 4G LTE. Ia meminta kepada seorang yang namanya sempat diberitakan sebagai "penemu 4G" untuk melakukan klarifikasi aktif untuk mencegah misinformasi.
Bukan hanya teknologi 4G, hasil dari 3G dan 5G di masa depan juga dibuat standarnya oleh 3GPP. Semua teknologi seluler ini bukanlah hasil karya perorangan atau satu institusi semata, melainkan hasil kolaboratif global atas berbagai temuan yang digabungkan menjadi sistem komunikasi nirkabel terbaru.
(adt)