Analis: BlackBerry Sebaiknya Tinggalkan Bisnis Ponsel

Aqmal Maulana | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mar 2016 15:35 WIB
Daniel Chan, seorang analis dari TD Securities meyakini bahwa sudah saatnya BlackBerry tak lagi menjadi produsen peranti keras atau hardware.
Ilustrasi. (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Daniel Chan, seorang analis dari TD Securities meyakini bahwa sudah saatnya BlackBerry tak lagi menjadi produsen peranti keras atau hardware. Menurut analisa yang dilakukan, ada beberapa alasan mengapa BlackBerry sebaiknya meninggalkan bisnis hardware.

Ponsel Android BlackBerry yang diberi nama Priv, telah dirilis tahun lalu dan menyasar segmen premium. Namun, ponsel ini tak bisa disebut sukses karena hanya dirilis di beberapa negara.

BlackBerry pun dianggap gagal untuk menghadirkan ponsel Android kelas terjangkau pada ajang Mobile World Congress (MWC) 2016 yang diadakan pada Februari lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Priv dirilis pada November 2015 lalu, memang beredar beberapa bocoran foto ponsel Android kedua buatan BlackBerry bernama Vienna yang digadang-gadang akan datang dengan harga yang lebih terjangkau.


Pada Januari 2016 lalu, CEO BlackBerry, John Chen juga mengatakan bahwa Vienna akan dirilis pada tahun ini. Namun hingga kini, belum ada kabar lagi mengenai ponsel tersebut.

BlackBerry memang telah menyatakan bahwa mereka tak merilis ponsel berbasis BlackBerry 10 pada tahun 2016 ini. Perusahaan Kanada itu memilih untuk hanya merilis ponsel Android. Tetapi hingga kini BlackBerry belum mengatakan secara jelas mereka bakal meninggalkan bisnis ponsel.

Di sisi lain, Facebook mengambil langkah untuk menghentikan dukungan terhadap sistem operasi BlackBerry 10. Begitu juga WhatsApp, yang akan melakukan hal serupa pada akhir tahun ini.

Dibalik kondisinya yang sedang terpuruk, Chan berpendapat bahwa BlackBerry bisa memperbaiki keadaan tersebut dengan cara beralih sepenuhnya ke bisnis peranti lunak untuk segmen korporasi.

Menurut Chan, langkah ini akan mendatangkan pendapatan sebesar US$1,4 miliar (Rp18,7 triliun) dan margin sebesar 33 persen bagi BlackBerry. Pengeluaran untuk divisi riset dan pengembangan juga bisa dikurangi hingga setengahnya.


1 April 2016 mendatang, BlackBerry sendiri berencana mengumumkan laporan pendapatannya selama kuartal keempat tahun 2015.

Terkait dengan hal tersebut, harian bisnis The Wall Street Journal memperkirakan angka pendapatan perusahaan asal Kanada tersebut akan mengalami penurunan hingga 31 persen dari tahun ke tahun. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER