Cuaca Ekstrim, BMKG Minta Maskapai Waspadai Turbulensi

CNN Indonesia
Minggu, 08 Mei 2016 12:48 WIB
Sulitnya BMKG mendeteksi lokasi terjadinya turbulensi cuaca cerah secara tepat, harus menjadi perhatian serius maskapai penerbangan.
Sulitnya BMKG mendeteksi lokasi terjadinya turbulensi cuaca cerah secara tepat, harus menjadi perhatian serius maskapai penerbangan. (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan seluruh maskapai penerbangan yang beroperasi di langit Indonesia untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya turbulensi cuaca cerah atau Clear Air Turbulence (CAT) lanjutan dalam beberapa waktu ke depan. Sulitnya BMKG mendeteksi lokasi terjadinya CAT secara tepat, harus dicermati maskapai penerbangan untuk segera menyampaikan kejadiannya kepada Kantor Meteorologi setempat agar dampak risiko keselamatan penerbangan bisa dikurangi.

Dalam satu pekan terakhir, BMKG melaporkan ada dua pesawat asing yang mengalami turbulensi ketika melintasi langit Indonesia, yakni Etihad Airways EY-474 dengan rute Abu Dhabi-Jakarta dan Hongkong Airways HX-6704 rute Denpasar-Hong Kong.

Dikutip dari siaran pers pada situs resmi BMKG, turbulensi dialami oleh pesawat Etihad Airways pada saat berada di atas pulau Sumatera bagian selatan pada ketinggan 37 ribu kaki di atas permukaan laut, pada 4 Mei 2016 lalu sekitar pukul 13.00 - 14.00 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, badan pesawat mengalami guncangan hebat sehingga sedikitnya ada 31 penumpang yang mengalami luka ringan hingga patah tulang. Tak hanya itu, barang-barang yang ada di dalam bagasi kabin pun ikut terlempar berhamburan menimpa penumpang yang duduk dibangkunya masing-masing.

Menurut Federal Aviation Adminstration (FAA), pesawat tersebut mengalami perubahan ketinggian dan arah dengan cepat sehingga pesawat tidak dapat terkontrol dalam beberapa saat karena kekuatan turbulensi yang dialami sudah berada pada tingkat severe (parah).

Berdasarkan analisis citra satelit Himawari 8 pada termal inframerah (kanal 6,2 mikrometer) dan rasio uap air (kanal 8, 9 dan 10), pada saat itu, pesawat Etihad Airways tidak memasuki awan Cumulonimbus (Cb) pada jalur penerbangannya.

Kejadian inilah yang disebut dengan CAT, yang terjadi biasanya terjadi pada lapisan atas atmosfer sekitar 30 ribu - 50 ribu kaki di atas permukaan laut.

BMKG mengindikasikan bahwa turbulensi tingkat yang parah ini dikarenakan adanya kombinasi antara gelombang di daerah Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera bagian Selatan dan awan Cb di sekitar jalur penerbangan pesawat bernomor EY-474 tersebut.

Tiga hari berselang, pada 7 Mei 2016, giliran pesawat Hongkong Airways HX-6704 yang mengalami turbulen si pada ketinggian sekitar 41 ribu kaki di atas permukaan laut. Kejadian ini mengakibatkan 3 korban luka berat dan lebih 17 penumpang mengalami luka ringan.

Sama seperti yang dialami oleh pesawat Etihad Airways, turbulensi ini juga diperkirakan sudah berada pada tingkat severe. Namun dikarenakan skalanya kecil, sistem SIGWX (Significant Weather) chart milik World Area Forecast Centre (WAFC) tidak mendeteksi adanya CAT.

Kejadian beruntun dari turbulensi tingkat severe ini diindikasikan akibat peningkatan perbedaan kecepatan angin pada level atas pada level tropopause (39 ribu - 45 ribu kaki di atas permukaan laut). Hal ini menyebabkan shear (perbedaan arah dan kecepatan) yang besar yang berpotensi pada kejadian turbulensi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER