Facebook, Twitter dan YouTube Digugat Ayah Korban Terorisme

Susetyo | CNN Indonesia
Jumat, 17 Jun 2016 09:40 WIB
Seorang ayah dari korban tewas saat serangan terorisme Paris, menggugat sejumlah perusahaan Internet karena mengizinkan kelompok teroris memakai layanan mereka.
Logo YouTube (REUTERS/Lucy Nicholson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ayah dari Nohemi Gonzalez, salah seorang korban serangan teroris di Paris, Perancis, menggugat sejumlah jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Google di Pengadilan California, Amerika Serikat.

Melalui pengacaranya dia mengatakan layanan Internet tersebut mengizinkan kelompok teroris memanfaatkan jejaring sosial untuk propaganda, rekrutmen, penggalangan dana dan kegiatan lainnya, untuk melancarkan aksi terornya di sejumlah kota.

Gonzalez, seorang warga negara AS, tewas pada bulan November ketika teroris menembakkan peluru secara membabi buta di mana ia sedang makan dengan teman-temannya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gugatan ini sendiri mengalami pro dan kontra, sebab, Twitter misalnya menaruh peringatan bahwa layanan mereka tidak bertanggung jawab terhadap isi dari pihak ketiga dalam hal ini pengguna, termasuk di dalamnya adalah kelompok teroris ISIS.

Sementara ayah dari Gonzalez, mengacu pada aturan 18 U.S. Code 2339A and 2339B. "Layanan dan dukungan yang tergugat secara sengaja atau sadar menyediakan dukungan terhadap terorisme untuk melakukan aksi terorisme internasional, termasuk serangan di mana Nohemi Gonzalez tewas," tulis gugatan tersebut.

Keluhan dari sang ayah Gonzales memberi banyak contoh penyalahgunaan jejaring sosial oleh ISIS, juga menunjukkan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan media sosial dari iklan oleh kelompok teroris.

"Yang mengherankan, tergugat secara rutin mengambil keuntungan dari ISIS. Setiap terdakwa menempatkan iklan di posting ISIS, "tulisnya lagi.

Pihak Google menanggapi masalah ini dengan mengatakan, "Kami memiliki kebijakan yang jelas melarang konten perekrutan teroris, berniat untuk menghasut kekerasan, dan dengan cepat menghapus video yang melanggar kebijakan yang juga dilaporkan oleh pengguna kami. Kami juga menghentikan akun yang dijalankan oleh organisasi teroris atau mereka yang berulang kali melanggar kebijakan kami," tulisnya dalam email.

Seorang juru bicara Facebook menulis bahwa, "Tidak ada tempat bagi teroris atau konten yang mempromosikan atau mendukung terorisme di Facebook, dan kami bekerja secara agresif untuk menghapus konten tersebut segera setelah kami menyadari hal itu." (eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER