Jakarta, CNN Indonesia -- Kemajuan teknologi mesin cetak tiga dimensi (printer 3D) terus berkembang semakin cepat. Bahkan, kini alat itu bisa meniru sidik jari orang mati sekalipun.
Artikel di situs Fusion, melaporkan Kepolisian meminta dosen Michigan State University di Amerika Serikat, Anil Jain, untuk mereplika sidik jari seorang korban pembunuhan.
Tujuannya adalah untuk membuka ponsel sang korban dan mencari petunjuk penyidikan. Tidak banyak detail yang diceritakan soal kasus tersebut karena penyidik masih terus bekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aparat penegak hukum sudah mempunyai detail sidik jari yang diinginkan karena korban itu sudah pernah ditahan dalam kasus lain, sebelumnya. Berkas sidik jari itu diserahkan kepada Jain untuk ditiru.
Hingga kini, ponsel tersebut masih belum dibuka. Jain sudah membuat replika sidik jari itu, tapi dia masih bekerja untuk menyempurnakannya.
Replika itu dibuat pada jari plastik yang dilapisi partikel logam. Penyempurnaan itu dibutuhkan agar pemindai sidik jari bisa mendeteksinya semudah pada jari manusia yang bersifat lebih konduktif.
The Next Web menulis, jika metode ini berhasil maka dapat dibuktikan bahwa sidik jari tidak seaman yang selama ini kita kira.
Sebelumnya, pada Oktober 2014, Pengadilan Virginia memutus tersangka kasus pidana dapat dimintai persetujuan untuk membuka telepon lewat sidik jari.
Di Amerika Serikat, PIN atau nomor kunci dinilai lebih aman karena pemerintah dilarang meminta orang untuk menyerahkan hal-hal yang ada dalam pikirannya, seperti kode rahasia.
Perlu dicatatat pula telepon yang menggunakan sidik jari biasanya membutuhkan PIN jika sudah tidak digunakan selama 48 jam atau dimatikan dan dinyalakan kembali.
Walau demikian, kasus ini bisa membuat preseden untuk para penegak hukum untuk mendapatkan akses pada ponsel dengan lebih mudah. Jika seseorang ditahan dan ponselnya disita, maka polisi hanya perlu meminta sidik jarinya.
(tyo)