Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi warga China kebanyakan, memiliki iPhone sama dengan status kemakmuran dan bagian dari tren kekinian. Tak heran, Apple--dan tentu saja Samsung--menguasai pasar di negara dengan jumlah penduduk terbanyak tersebut.
Waktu terus bergulir, vendor ponsel lokal bermunculan menunjukan taji. Dari yang sudah punya nama seperti Huawei, hingga merek baru seperti Xiaomi ataupun Vivo. Mereka berlahan mulai menggerogoti pangsa pasar si apel kroak itu.
Dari data IDC, di kuartal pertama tahun 20116, ponsel besutan Apple mengalami penurunan dari sisi pangsa pasar menjadi 13 persen dari 16 persen di periode yang sama tahun lalu. Di saat iPhone turun, Xiaomi, Oppo, Vivo malah mengalami kenaikan antara 11 persen hingga 16 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini tentu mengkhawatirkan bagi Apple. Karena diketahui, 27 persen keuntungan Apple berasal dari daratan China, yang juga termasuk Hong Kong. Angka itu terbesar kedua setelah pemasukan dari kawasan Amerika Utara.
Sementara data yang diusung oleh Sino, perusahaan penelitian asal China, di Negeri Bambu itu Apple menguasai pangsa pasar 8.2 persen atau menduduki posisi keempat di bawah merek seperti LeTV (10.5 persen), Honor (15.7 persen) dan Xiaomi (26 persen).
Riset CCID menunjukan antara Januari dan Maret iPhone berhasil menjual 11,5 juta iPhone, atau turun 2 juta unit dibandingkan kuartal pertama tahun 2016.
Ini juga membuat untuk pertama kalinya merek lokal bisa menguasai market share yang signifikan di negara sendiri.
Apple memang tak tinggal diam. Pada 16 Maret 2016 lalu, CEO Tim Cook berkunjung ke Beijing. Di sela kunjunganya tersebut dia mengatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya akan mulai masuk ke area yang baru seperti layanan pembayaran online.
(tyo)