Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu harapan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dari ajang Startup Istanbul yang diikuti oleh sebelas startup lokal pada Oktober mendatang yakni agar mereka mendapat ilmu baru mengenai bisnis rintisan. Lembaga pemerintah itu tak lupa menyinggung Gojek sebagai contoh startup yang berhasil.
Bekraf tahun ini bersedia memfasilitasi 11
startup lokal yang siap berangkat ke ajang tahunan Startup Istanbul yang diadakan pada 6-10 Oktober. Enam di antaranya berhasil lolos ke tahap kompetisi global, sementara lima lain mengikuti konferensi.
Mereka adalah situs pencarian lowongan kerja Urbanhire, aplikasi bidang keperawatan AppSkep, layanan penjualan bahan organik petani Ur-Farm, platform custom clothing Kostoom, layanan cetak foto Pictalogi, direktori radio online Indonesia TARRAsmart, platform petani udang BlumbangReksa, aplikasi pemanggil jasa reparasi KlikTukang, situs penggalangan dana Kitabisa.com, aplikasi promosi pebsinis Cubeacon, dan e-commerce penjual barang diskon Hangout Deals.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadjar Hutomo selaku Deputi Akses Permodalan mengatakan, Bekraf mendorong para
startup lokal untuk berkompetisi di level global agar tertangkap radar investor asing.
Pria berkacamata ini juga menjelaskan, Bekraf menempatkan posisi dari kacamata investor selama proses seleksi startup agar tahu bisnis seperti apa yang dicari.
"Kami inginnya dari ajang internasional seperti ini, para startup lokal bisa menambah ilmu baru terkait membangun bisnis rintisan. Karena bukan tidak mungkin jika layanan awal yang ingin dijalankan nantinya jadi pivot," kata Fadjar usai jumpa pers di Jakarta, Jumat (30/9).
Istilah pivot yang dimaksud Fadjar adalah bisnis yang 'berbelok' arah, entah itu mengubah bisnis seluruhnya atau menciptakan inovasi baru.
"Misalnya Gojek, yang tadinya melihat masalah transportasi di Indonesia sebagai peluang besar layanannya tetapi ia juga melebarkan ke aspek lain. Nah, dari mentoring di Turki saya harap bisa melatih ketangguhan mereka," lanjutnya.
Bagi Fadjar, untuk 'membelokan' layanan semula ke inovasi baru bukanlah hal 'haram' selama pelaku startup mampu menjaga kestabilan bisnis dan tidak mengganggu faktor kesuksesan perusahaan.
Pada dasarnya, menurut Fadjar startup itu sifatnya dinamis. Sehingga otak dibalik perusahaan harus bisa membaca peluang dan perubahan di pasar untuk melakukan penyesuaian pada layanannya. Tentunya harus tetap mengukur apakah produk itu bisa diterima di pasar atau tidak.
"Lumrah halnya jika di tengah-tengah perjalanan, startup kemudian menemukan hal baru yang ternyata dibutuhkan masyarakat di luar layanan utamanya. Lihat saja Gojek, ternyata mereka bisa menemukan masyarakat butuh massage," ungkap Fadjar sembari terkekeh.
Selain mentoring dan ilmu baru, Bekraf juga berharap para startup Indonesia bisa mendapatkan koneksi dan membangun jaringan yang baik dengan para investor dan pemodal ventura dari Eurasia.
(evn)