Jakarta, CNN Indonesia -- Bisnis transportasi daring yang didukung oleh teknologi berupa aplikasi memang memudahkan masyarakat untuk mobilisasi. Pasar ini di Tanah Air diprediksi bakal menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia memiliki sejumlah pemain besar penyedia jasa transportasi berbasis aplikasi, di antaranya Gojek, GrabBike dari Grab, dan Ubermotor dari Uber.
Ekosistem yang sudah berjalan ditaksir mampu membawa Indonesia menjadi pasar terbesar untuk bisnis tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prediksi tersebut setidaknya berasal dari Google dan perusahaan investasi milik Singapura Temasek yang melakukan riset bersama terhadap pasar digital ekonomi di enam negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Dua perusahaan tersebut juga mendalami survei untuk pasar Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun, yakni dari 2015 sampai 2025. Salah satu aspek yang diukur adalah layanan transportasi online.
Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen memaparkan, nilai pasar transportasi online di Indonesia bakal meningkat sebesar 22 persen tiap tahun sejak 2015 hingga 2025.
"Tercatat nilai pasar transportasi daring Indonesia pada 2015 adalah US$800 juta (setara Rp10,5 triliun). Pada 2025, angka ini diprediksi bisa mencapai US$5,6 miliar (setara Rp74,1 triliun)," ujar Keusgen di Jakarta, Kamis (25/8).
Nilai Rp74,1 triliun terbilang fantastis. Hal itu meraup pangsa pasar 43 persen bisnis transportasi online Indonesia di Asia Tenggara.
"Jika meraup 43 persen pangsa pasar Asia Tenggara, maka negara ini menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara untuk transportasi online."
Sementara selain pasar transporasi daring, sektor digital lain yang mampu mengalami pertumbuhan pesat adalah travel online dan toko online e-commerce.
Hadirnya Traveloka, Tokopedia, hingga Mataharimall membuat sektor ini juga mendukung peningkatan nilai pasar ekonomi digital.
Dipapaskan Keusgen, survei yang dihasilkan menunjukan bisnis e-commerce di Indonesia bakal melambung 39 persen setiap tahun dari 2015 ke 2025.
Dari situ, nilai pasar e-commerce pada 2025 diramalkan akan mencapai US$46 miliar atau sekitar Rp608 triliun. Hal ini memungkinkan Indonesia diganjar pangsa pasar 52 persen di kelas Asia Tenggara untuk e-commerce.
Sementara bisnis travel online juga diperkirakan akan naik 17 persen setiap tahun hingga 2025 dan siap meraup nilai pasar US$24,5 miliar atau sekitar Rp324 triliun.
"Jika semua ekosistem digital dari e-commerce, transportasi, travel, hingga iklan bisa berjalan dan meningkat dengan baik, total nilai pasar ekonomgi digital Indonesia mampu mencapai US$81 miliar (setara Rp1.071 triliun)," ujar Keusgen.
(pit)