Jakarta, CNN Indonesia -- Tuntutan mitra pengemudi Gojek yang meminta penghapusan sistem penilaian performa berupa pemenuhan pesanan untuk mendapatkan bonus hingga kini belum menemukan titik terang.
Mitra pengemudi yang kemarin (3/10) melakukan demonstrasi menuntut manajemen untuk melakukan transparansi proses penilaian performa pengemudi.
Normalnya, seorang pengemudi Gojek bisa mendapatkan bonus saat melayani penumpang sebesar Rp140 ribu jika berhasil mengumpulkan 14 poin per hari. Poin bisa diperoleh dari jumlah pesanan yang berhasil dipenuhi oleh pengemudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk memperoleh satu poin, pengemudi harus menyelesaikan pesanan dengan jarak maksimal 5 kilometer. Sementara untuk jarak 5 hingga 10 kilometer, maka poin yang diperoleh sebesar 1,5. Poin terbesar yakni 2, bisa didapat jika menyelesaikan pesanan dengan jarak lebih dari 10km.
Hanya saja, bonus yang diperoleh berpotensi hangus jika pengemudi tidak bisa mencapai angka performa 50 persen. Presentase dihitung berdasarkan jumlah pesanan yang masuk dan berhasil diselesaikan oleh pengemudi.
Sistem baru mengharuskan pengemudi menerima setiap pesanan yang masuk, karena telah dilakukan otomatisasi oleh manajemen. Di sisi lain jika pesanan ditolak, persentase perfoma bisa menurun drastis.
Frans, salah seorang pengemudi kepada
CNNIndonesia.com mengaku tidak mengerti mengapa perhitungan performanya bisa mencapai 50 persen meski telah menyelesaikan 7 dari 10 pesanan.
Sistem 'Rush Hour' dan Target Mingguan Ala UberMotorBerbeda dengan Gojek yang melakukan performa berdasarkan persentase, manajamen Uber justru menggunakan jam sibuk sebagai 'iming-iming' bonus untuk mitra pengemudinya.
Rizki Tri (29), sopir UberMotor kepada
CNNIndonesia.com mengaku skema perhitungan bonus yang diterapkan oleh Uber kerap berubah.
Pekan ini, Uber menerapkan bonus bagi pengemudi yang menerima order saat jam sibuk di pagi dan sore hari sebesar 50 persen dari total ongkos yang dibayarkan penumpang.
 (Dok.Uber) |
"Kalau order jam 6 sampai 9 pagi dan sore jam 4 sampai 9 malam bonusnya 50 persen dari total ongkos yang dibayar penumpang," ucapnya.
Di luar bonus harian, Rizki menyebut pengemudi berpeluang mendapat bonus mingguan dan bulan. Skema bonus mingguan dan bulanan dihitung berdasarkan target pemesanan yang berhasil diselesaikan.
"Untuk setiap 19 order yang diambil dalam seminggu dan diselesaikan, kita (pengemudi) dapat bonus tambahan Rp65 ribu," imbuhnya lagi.
Berbeda dengan Gojek dan GraBike, Uber menerapkan tarif berdasarkan satuan kilometer dan waktu tempuh dari lokasi penjemputan ke tujuan. Selain itu, penumpang yang melakukan pembatalan akan dibebani biaya sebesar Rp10 ribu.
GrabBike dan Sistem Rating dari PenumpangSementara itu, GrabBike menggunakan sistem penilaian performa berdasarkan
rating yang diberikan penumpang. Semakin tinggi penilaian yang didapat, maka potensi untuk mendapatkan bonus pun semakin besar.
Warsito, salah seorang pengemudi GrabBike menjelaskan, untuk mendapatkan bonus harian sebesar Rp80 ribu, ia harus mengumpulkan rating sedikitnya 4,5.
 (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
"Selain bisa
ngumpulin minimal 45 bintang (sistem
rating yang diberikan penumpang), sopir juga
engga boleh terlalu sering menolak pesanan yang masuk," imbuhnya kepada
CNNIndonesia.com.
Ia menyebut, batas maksimal seorang pengemudi menolak pesanan yang masuk yakni tiga kali. Jika lebih dari itu, maka pengemudi akan mendapat hukuman yakni tidak bisa menerima pesanan selama satu jam.
Sama halnya dengan Gojek, perusahaan rintisan asal Malaysia ini juga menerapkan sistem pesanan otomatis bagi semua mitra pengemudi. Hanya saja, penumpang tidak bisa melakukan pembatalan jika sistem sudah mengatur pengemudi yang akan mengantarnya.
(evn/tyo)