Jakarta, CNN Indonesia -- Samsung akhirnya secara resmi mengambil keputusan untuk mengakhiri produksi dan penjualan Galaxy Note 7 di seluruh dunia, Selasa (11/10) setelah melakukan dua kali penarikan produk akibat serangkaian insiden terbakarnya unit Galaxy Note 7.
Meski menuai pro kontra, Senior Market Analyst Client Devices IDC Indonesia Reza Haryo menilai hal tersebut sebagai tamparan kerasa bagi perusahaan sekelas Samsung. Meski begitu, keputusan untuk mempensiunkan Galaxy Note 7 sebagai langkah tepat.
"
Recall jilid kedua yang berujung pada penarikan dan pensiun dini Note 7 menjadi kewajiban Samsung demi menjaga brand secara keseluruhan," ungkap Reza kepada
CNNIndonesia.com melalui surat elektronik yang diterima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangan resmi terkait dengan insiden Galaxy Note 7, Samsung membuka program pengembalian uang atau penukaran dengan unit model lain sejak 13 Oktober hingga 31 Desember 2016. Di Indonesia, pemesan Galaxy Note telah menerima pengembalian uang dan kompensasi vouucher belanja senilai Rp2 juta sejak 30 September lalu.
Meski insiden ini terjadi pada lini bisnis ponsel, namun Reza mengungkapkan upaya mempertahankan reputasi perusahaan dari potensi penurunan kepercayaan konsumen jauh lebih penting.
"Semakin cepat Samsung memberikan kejelasan untuk konsumen tentu lebih baik. Langkah ini tentu akan relevan demi mempertahankan reputasi merek Samsung dari potensi penurunan kepercayaan konsumen terhadap produk ponsel dan elektronik lainnya," imbuhnya.
Spekulasi yang beredar menyebut insiden ini akan berimbas pada keputusan Samsung untuk mempercepat kemunculan Galaxy S8 demi mengisi kekosongan produk flagship.
Reza memastikan, apabila spekulasi yang beredar ini terbukti benar, maka Samsung tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama seperti yang ditemui pada Galaxy Note 7.
"Kalau memang spekulasi yang beredar benar, diharapkan Samsung tidak terburu-buru dan lebih mengutamakan menyelesaikan proses pengembalian selain memperbaiki reputasi agar flagship mereka selanjutnya bisa kembali diterima oleh konsumen," ungkapnya.
Langkah penghentian penjualan dan produksi Galaxy Note 7 dilakukan setelah adanya penarikan 2,5 juta unit perangkat yang dipasarkan di 10 negara. Meski Samsung sudah kembali menggulirkan perangkat 'versi aman' pada Oktober, tetapi sejumlah konsumen kembali melaporkan adanya masalah pada baterai pada unit pengganti.
Akibat insiden ini, perusahaan finansial Credit Suisse memprediksi kerugian yang dialami Samsung mencapai US$17 miliar atau sekitar Rp221 triliun, yang berarti Samsung mengalami kehilangan penjualan sebanyak 19 juta unit dari siklus produk Galaxy Note 7 ini.
(evn)