Cibiran hingga Skeptis untuk Pesawat Tanpa Awak Buatan Lokal

CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 07:22 WIB
Kedepan, misi pesawat nirawak masih bisa mencapai ketinggian 30 KM tetapi diharapkan bisa terbang lebih jauh atau lebih tinggi lagi atau bawa beban.
Tim Menembus Langit pesawat UAV Ai-X1. (Foto: Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat pertama kali proyek Menembus Langit didengungkan menurut Azhar Pangesti, selaku Direktur Program, tak sedikit reaksi dari orang-orang yang cenderung skeptis. Berdasarkan apa yang ia alami, banyak pihak menilai target 30 km terlalu muluk.

"Orang LAPAN pernah bilang targetnya jangan 30 km dulu tapi yang penting sampai ke stratosfer saja. Kami hanya jawab dicoba saja dulu. Eh, tapi ternyata akhirnya khawatirnya mereka yang benar," kenang Azhar sambil terkekeh.

Di sejumlah media sosial ketika misi ini berlangsung Azhar juga menemui sejumlah nada sinis. Anggapan seperti "baru stratosfer saja kok heboh" bukan hal yang mudah ditelan oleh Azhar. Namun hal itu tak menjadi masalah bagi Menembus Langit. Menurut Azhar, proyek awal ini justru menjadi permulaan dari eksperimen besar yang akan mereka kerjakan selanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk misi berikutnya mungkin masih agak lama ya, tapi mungkin dalam enam bulan sudah ada rancangan misi baru untuk Menembus Langit," imbuhnya kepada CNNIndonesia.com.


Azhar menyatakan ia dan timnya merasa masih berhutang dengan target 30 km. Oleh sebab itu, ada kemungkinan misi selanjutnya akan memasang target yang sama, namun dengan beberapa penyesuaian.

"Kalau misinya 30 km lagi, misinya tidak akan untuk cepat-cepat pulang tapi mungkin ingin terbang lebih jauh atau lebih tinggi lagi atau bawa beban dan lainnya. Kita masih voting bakal seperti apa, tapi yang pasti tidak akan sesederhana dengan misi yang sebelumnya," tutup Azhar.

Perlu diketahui, proyek Menembus Langit sebelumnya pada 28-29 Oktober berhasil memecahkan rekor dalam kategori menerbangkan pesawat nirawak lokal ke stratosfer untuk pertama kalinya dalam sejarah penerbangan Indonesia. Itu artinya Ai-X1 buatan AeroTerrascan ini menjadi pesawat asal Indonesia pertama yang bisa terbang jauh melebihi ketinggian pesawat komersial di langit nusantara.

"Pencapaian seperti ini belum ada sebelumnya. Ini usaha yang pertama untuk mengembangkan teknologi HALE," tukas Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin melalui sambungan telepon.


Menurut Thomas, masa depan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) -- nama lain pesawat tanpa awak -- di Indonesia terbuka semakin lebar setelah proyek Menembus Langit. Thomas memperkirakan perkembangan UAV akan melesat mengingat kemampuan yang ditawarkan semakin penting.

Ia menilai UAV akan menjawab kebutuhan Indonesia terutama dalam dua bidang yaitu dalam hal pencitraan dan pengantaran. Sejauh ini di Indonesia, baru fungsi pencitraan yang telah berjalan. Sedangkan pengantaran masih belum bisa dilakukan lantaran belum ada regulasi dari pemerintah yang mengatur fungsi itu.

Namun yang lebih penting dari itu semua bagi Thomas adalah eksperimen kemarin telah mengantarkan mereka untuk memahami spesifikasi pesawat yang lebih lama untuk mengarungi atmosfer Bumi alias HALE (High Altitude Long Endurance). Konsep HALE satu level lebih canggih ketimbang UAV. Dengan adanya pesawat HALE, fungsi pencitraan dan pengantaran akan jauh lebih murah dan efisien.

"Target kita ke depannya memang membuat HALE yang bisa terbang selama seminggu," kata Azhar di hari lepas landas pertama 28 Oktober lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER