Jakarta, CNN Indonesia -- Misi pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1 yang diinisiasi AeroTerrascan tak sekedar meretas jalan menembus lapisan stratosfer. Lebih dari itu, ini adalah momen sejarah di dunia kerdigantaraan.
Ide menerbangkan pesawat tanpa awak ke stratosfer pertama kali tercetus sepuluh tahun lalu dari CEO AeroTerrascan Dian Rusdiana Hakim. Selama beberapa tahun ide itu terus mengendap di kepala Dian dan akhirnya menjalar ke seluruh personel AeroTerrascan.
Seperti yang dituturkan Azhar Pangesti yang menjabat Direktur Pemasaran di AeroTerrascan, setelah melewati perbincangan internal di AeroTerrascan, angan-angan Dian untuk menerbangkan pesawat nirawak ke stratosfer diperluas menjadi proyek kolaborasi.
Tujuannya sederhana, agar momen bersejarah ketika pesawat berhasil ke stratosfer dapat dirasakan lebih banyak orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dunia kedirgantaraan Indonesia ada momen penting bagi Indonesia yang tak begitu saja untuk dilupakan, yakni peristiwa lepas landas pesawat angkut buatan nasional pertama CN-250 "Gatot Kaca" pada 1995 silam.
Misi yang dinamai Menembus Langit boleh dibilang sebagai momen kedua terbesar dalam riwayat kedirgantaraan dan aeronautika Indonesia. Tercatat sampai sejauh ini, belum ada pesawat tanpa awak ciptaan dalam negeri yang mampu terbang ke lapisan stratosfer.
"Ini yang pertama kali ada di Indonesia. Belum ada sebelumnya pesawat lokal yang terbang melebihi ketinggian pesawat komersial," tutur Thomas Djamaluddin, ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa menanggapi keberhasilan misi Menembus Langit membawa pesawat nirawak ke stratosfer, saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com.Proyek Menembus Langit sampai harus melibatkan 95 orang dari 18 organisasi yang berbeda.
Fungsi dan peran dari beragam kelompok yang tergabung dalam misi ini diyakini betul oleh Azhar menjadi faktor penentu kesuksesan.
Meski sesungguhnya agak kecewa tak sampai di target ketinggian 30 km, Azhar yang berperan sebagai direktur program merasa sangat terbantu metode kolaborasi.
"Kenapa misi Menembus Langit harus berkolaborasi? Secara teknis, kita dari AeroTerrascan merasa sanggup, cuma dari segi pencapaian kita rasa kurang afdol, kurang seru. Saya ragu kalau yg terbang hanya dari kita saja, dampaknyaa ga akan sebesar ini. Kita ingin dampaknyanya gede dan kemajuan yang bersama jadi kita berharap sekali dengan kolaborasi," tukas Azhar, ketika ditemui di kantornya, di Bandung.
Azhar menceritakan salah satu peran kolaborasi yang paling penting dari LAPAN. Menurut pria kelahiran Bali tersebut, tanpa bantuan LAPAN, tak akan ada peluncuran pesawat Ai-X1 ke stratosfer.
Setidaknya ada dua bantuan penting dari LAPAN di misi kemarin yaitu peminjaman fasilitas Pamengpeuk, Garut, untuk peluncuran pesawat dan kelancaran memperoleh izin terbang alias Notice to Airmen (NOTAM) selama dua hari.
Selain LAPAN, kelompok Dengan Senang Hati merupakan faktor yang membuat peluncuran pesawat Ai-X1 sangat meriah. Sebab dari kelompok itu, kabar mengenai Menembus Langit dapat tersebar luas ke khalayak umum.
Satu pesan penting yang ingin disampaikan dari kolaborasi di misi Menembus Langit bahwa mereka ingin ditiru oleh sebanyak-banyaknya orang di Indonesia. Sebab bagi Azhar, Indonesia tidak kalah dalam aspek kemampuan teknologi dari negara lain. Hanya saja mereka butuh semacam inisiasi yang mampu merangsang daya kreativitas.