Silicon Valley Bisa Suram di Tangan Trump

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 08:24 WIB
Tak punya cetak biru kebijakan teknologi adalah salah satu bentuk kekhawatiran industri di Siiicon Valley, embah para pesohor teknologi berkumpul.
Kekhawatiran perusahaan teknologi setelah Donald Trump terpilih (Foto: REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat terpilih sangat mengejutkan, bagi industri teknologi informasi—khususnya Silicon Valley—ini adalah sebuah pukulan menohok. Menempatkan kritikus vokal ke beberapa perusahaan ternama bisa membuat industri ini suram.

Selama kampanyenya, Trump tidak menawarkan rencana spesifik bagaimana ia menangani kebijakan teknologi. Berbanding terbalik dengan Hillary Clinton yang sudah mempunyai blue print untuk industri ini.

Malah Trump yang dikenal ceplas-ceplos malah mengeluarkan pernyataan kontroversial ke sejumlah perusahaan teknologi, yakni Apple dan Amazon.

Dia menyerukan untuk memboikot semua produk Apple terkait penolakan Tim Cook untuk membantu FBI dalam mengungkap iPhone milik teroris. Pengusaha ini juga menuduh Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon memanfaatkan Washington Post yang dimilikinya untuk memajukan Amazon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang, kemenangan Trump ini belum memantik reaksi para petinggi teknologi usai hasil hitung cepat diumumkan. Namun, sebuah alaram kekhawatiran sudah ditekan oleh salah satu investor teknologi dan kapitalis ventura terkemuka, Shervin Pishevar.

“Jika Trump menang, saya mengumumkan pendanaan kampanye yang saha untuk California—tempat Silicon Valley berada—untuk menjadi negara sendiri,” katanya melalui akun Twitter saat Trump nyaris memenangi pemilu AS.

Sektor teknologi berkembang di bawah Presiden Barack Obama. Empat perusahaan yang paling berharga di dunia Apple,  Google Alphabet Inc, Microsoft Corp dan Amazon-semua perusahaan teknologi mendapat tempat di Gedung Putih.

Bahkan Alphabet menikmati hubungan dekat dengan pemerintahan Obama melalui Chairman Alphabet Eric Schmidt. Dia membantu perkembangan awal dari kampanye Clinton. Membuat kebijakan cetak biru kebijakan teknologi yang menekankan menekankan hubungan dekat dengan sektor swasta.

Perdebatan enkripsi, privasi dan isu-isu teknologi lain akan cenderung meningkat selama kepresidenan Trump. Ancaman robot menggantikan manusia, mobil otonom dan lain sebagainya membutuhkan kebijakan baru yang diseriusi.

Aaron Levie, CEO startup Box Inc dan pendukung Clinton, mengatakan banyak retorika Trump adalah bertentangan dengan banyak pemandangan Silicon Valley.

"Apa yang kita butuhkan adalah kebijakan yang sangat sehat dan pendekatan yang bekerja untuk membawa orang ke dalam perekonomian inovasi ini sekarang dan di masa depan," kata evie dalam sebuah wawancara, seperti dikutip New York Post.

"Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan kemitraan yang sangat produktif antara kedua sektor swasta maupun sektor publik." dia menambahkan.

Selain itu, kurangnya kebijakan khusus dari Trump selama kampanye memunculkan ketidakpastian tentang isu-isu panas seperti  aturan ‘net neutrality” yang digagas pemerintahan Obama.

Silicon Valley bisa bergejolak bahkan cenderung suram bila Trump tak segera menentukan arah kebijakannya.

(tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER