Jakarta, CNN Indonesia -- Peretas diketahui mengantongi uang senilai lebih dari US$31 juta atau sekitar Rp403,8 miliar dari Bank Sentral Rusia pada Jumat (2/12). Temuan ini menjadi salah satu kasus serangan siber terbesar yang menyasar institusi keuangan di seluruh dunia.
Laporan yang dirilis
Reuters diketahui yang tersebut dicuri dari akun milik bank yang tersimpan di Bank Sentral Rusia.
Artyom Sychyov, pejabat Bank Sentral Rusia mengatakan peretas yang diduga jumlahnya beberapa itu mencoba untuk mencuri uang dalam jumlah lebih besar yakni sekitar US$77,7 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sychyov menyebut para peretas membobol akun nasabah bank dengan berpura-pura mendapat mandat dari klien.
Beruntung sistem keamanan bank sentral Rusia mampu mencegah dampak yang lebih serius dan berhasil menarik kembali sebagian uang uang dicuri.
"Kami beruntung bisa mengembalikan sebagian dari uang yang dicuri," ungkap juru bicara Bank Sentral Rusia seperti dilansir
CNN Money.
Regulator keuangan di seluruh dunia belakangan mendesak bank memperketat sistem keamanan siber seiring dengan meningkatnya serangan dari peretas di seluruh dunia.
Pemerintah Rusia sendiri mengklaim aksi serangan siber ini merupakan salah satu upaya mata-mata asing untuk menebar kekacauan sistem perbankan di sana.
Pada Februari lalu, laporan keamanan siber berhasil melumpuhkan Bank Sentral Bangladesh yang kehilangan sangat besar mencapai US$81 juta. Uang tersebut diketahui dikirimkan ke beberapa kasino di Filipina.
Sekelompok hacker yang membobol sistem keamanan kemudian membuat sejumlah transfer palsu dari akun bank tersebut melalui jaringan di Federal Reserve Bank of New York.
Sebagian besar transfer berhasil diblokir karena adanya kesalahan menulis rekening penerima yang seharusnya
foundation, menjadi
fandation. Deutsche Bank yang terlibat dalam proses transaksi mengaku curiga dengan membatalkan transfer tersebut dan membuka kejahatan ini.
(evn)