Penipuan Telepon Kode +77 Sama dengan Premium Call

Bintoro Agung Sugiharto | CNN Indonesia
Selasa, 27 Des 2016 17:22 WIB
Perkara penipuan panggilan suara dari nomor luar negeri secara prinsip serupa dengan 'premium call' dan bukan sebuah kejahatan baru.
Ilustrasi (Foto: Pixabay/niekverlaan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Modus penipuan melalui panggilan suara dari nomor luar negeri secara prinsip serupa dengan jasa 'party line' atau yang lebih dikenal dengan 'premium call.' Tak adanya hukum dari negara asal penelepon yang melarang operandi tersebut menjadi celah yang dimanfaatkan para pelaku.

Alfons Tanujaya, spesialis antivirus Vaksincom, berpendapat perkara penipuan ini tidak bisa dibilang kejahatan baru. Ia bahkan menyebutnya sebagai modus kuno.

"Dulu ada yang namanya party line yang memakai nomor berawalan 0809 yang per menit bisa Rp8.000," ucap Alfons melalui sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia, party line populer dengan nama premium call. Premium call sendiri merupakan produk panggilan yang diterbitkan oleh penyelenggara jasa premium call dengan izin dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Dengan kata lain, usaha premium call ini legal.

Sama seperti di Indonesia, produk premium call ini kemungkinan juga legal di negara-negara asal nomor telepon yang menyedot tagihan korbannya seperti Rusia dan Kazakhstan yang punya kode telepon +77. Namun mereka memanfaatkan ketidaktahuan publik luar negeri terhadap nomor telepon mereka untuk meraup keuntungan.

Pelaku menggunakan modus sekali dering yang dengan nomor tak dikenal berkode luar negeri. Dengan sekali dering, calon korban dipaksa menelepon balik ke nomor asing tadi. Saat itu terjadi, tagihan telepon korban akan melangit seperti biaya telepon premium. Mereka yang menelepon kembali, konon dikenakan biaya US$ 15-30 atau sekitar Rp200-400 ribu.

Alfons belum bisa mengidentifikasi secara jelas siapa pelaku penipuan telepon internasional ini. Namun ia bisa memastikan bahwa operator seluler asal negara tadi terlibat secara pasif dalam skema penipuan ini.

"Belum bisa dibilang apakah individu atau operator seluler yang bersalah tapi yang pasti operator seluler di sana terlibat, bukan dalam arti berkomplot ya," tutur Alfons.

Penipuan ini belakangan dirasakan oleh masyarakat hingga memunculkan pesan berantai di WhatsApp. Hal ini bahkan telah dikonfirmasi oleh Telkomsel. Mereka mengaku menerima aduan pelanggan yang mengeluhkan panggilan dari kode nomor tak dikenal.

"Kita sedang berkordinasi dengan seluruh pihak terkait khususnya untuk urusan internasional call seperti Telin, Indosat, dan Gaharu Telkom. Untuk urusan teknis, tim dari Telin sedang menginvestigasi. Kali ini memang agak masif, yang paling penting sekarang menjaga kenyamanan pelanggan," tutur General manger External Corpcomm Telkomsel Denny Abidin dalam pesan singkatnya kepada CNNIndonesia.com.

Alfons mengkritik cara Telkomsel dan operator lainnya dalam menanggulangi modus penipuan ini. Ia menilai operator seluler dalam negeri masih reaktif, dengan menunggu aduan dari pelanggan mereka.

Menurut Alfons sudah sepatutnya penanganan lebih bersifat proaktif. Ia mencontohkan cukup dengan memblokir panggilan dari nomor asing yang mencurigakan, misal dari Rusia atau Afrika, dan kecenderungan frekuensinya, maka kasus penipuan ini akan segera mereda.

"Tapi alternatif paling mudah dari kita adalah menyimpan nomor asing itu dan menghubungi balik menggunakan WhatsApp," kata Alfons. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER