Akal-Akalan Anak Indonesia Saingi Teknologi Otomotif Asing

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Sabtu, 11 Mar 2017 09:30 WIB
Untuk mengatasi keterbatasan, tim dari sejumlah universitas harus putar otak dengan mengakali komponen yang dipakai dalam mengembangkan kendaraan hemat energi.
Perwakilan kendaraan hemat energi, urban konsep dan prototype di sem Asia 2017. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan tim mahasiswa dalam negeri telah mempersiapkan kreasi dan inovasinya dalam bentuk kendaraan hemat energi, yang akan diikutsertakan pada ajang Shell Eco-Marathon Asia (SEM Asia) 2017.

Walau Indonesia menjadi tim mayoritas yang berpartisipasi pada ajang tersebut, tidak dipungkiri kekuatan teknologi yang disematkan oleh kompetitor dari negara lain jelas lebih unggul.

"Kelemahan kami di teknologi, sulit disamakan dengan luar negeri," kata Tim Manager Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ramdhani di Jakarta, Jum'at (10/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan teknologi terkini yang biasa dipakai pada komponen kendaraan hemat energi. Indonesia terhitung tertinggal jauh dari negara lain, misalnya komponen Motor BDLC yang hanya memiliki satu jenis dan Komposit dengan minim kapasitas produksi.

"Di Amerika Serikat banyak, sementara di sini (Indonesia) pasarnya belum luas sehingga produksinya sedikit," ujarnya.

Senada, Tim Managemen dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Raden Engineu Dwi Utomo mengatakan selain teknologi, faktor ketersediaan komponen dalam negeri berada jauh di bawah negara lain.

"Ya teknologi juga. Lalu kelemahan dari sisi perakitan kadang-kadang harus buat sendiri," kata Raden.

Bahkan, Raden juga mengeluhkan biaya pengembangan kendaraannya yang tergolong tinggi. Pasalnya, jika tidak menemukan komponen tertentu di dalam negeri mereka harus mengimpor. Regulasi dan biaya impor komponen tentunya dianggap sebagai salah satu faktor kelemahan.

"Biaya misalnya. Dari mana? Kami harus impor, tetapi kan kena pajak juga," kata dia.

Oleh karena keterbatasan itu Ramdhani, melanjutkan jika biasanya mereka kerap mengakali suatu barang atau teknologi, untuk menyamakan dengan komponen yang tidak ditemui di tanah air. "Saya kolaborasikan teknologi dari macam-macam," kata dia

"Semangat dan kreativitas padahal banyak sekali, tetapi tetap masih terbatas," sambung Raden.

Meski begitu, tim dari Indonesia bisa dibilang tidak dapat dipandang sebelah mata. Untuk ajang serupa di tahun lalu saja beberapa tim dari Indonesia, diantaranya Tim Bumi Siliwangi dari UPI, Tim Sadewa dari UI dan Tim 2 dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tampil sebagai pemenang SEM Asia Manila, serta menjadi tiga tim mahasiswa Indonesia yang terpilih sebagai wakil Asia di ajang Shell Eco-Marathon Drivers’ World Championship London pada Juli 2016.

Akhirnya Tim Bumi Siliwangi, Bandung berhasil menjadi pemenang untuk SEM DWC dan mendapatkan hadiah kemenangan berupa perjalanan selama satu pekan ke Maranello, Italia. Mereka berkesempatan berinteraksi secara langsung bersama tim Scuderia Ferrari pada Desember 2016 lalu. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER