Singapura, CNN Indonesia -- Gelaran kompetisi merakit kendaraan hemat energi Shell Eco-marathon di Singapura diharapkan jadi pintu masuk bagi mahasiswa Indonesia mampu membuktikan kualitasnya. Termasuk membuat mahasiswa tidak terlalu tergantung dengan bantuan pihak lain.
"Ini adalah kompetisi inovasi yang berawal dari pribadi," kata Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi di Singapura, Jumat (17/3).
Menurut Darwin, bukan tidak mungkin ide-ide yang muncul di kompetisi ini jadi ide komersil yang dipakai banyak pabrikan. Namun itu tergantung dengan daya juang mahasiswa Indonesia.
"Ini saatnya para mahasiswa memperlihatkan daya juangnya. Mampu berdikari. Tidak terlalu banyak berharap pada swasta ataupun pemerintah," jelas Darwin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hal itu bukan berarti pemerintah abai dan tidak melihat apa yang dilakukan para mahasiswa terkait karyanya. Menurut Darwin, soal karya adalah perihal pembuktian, dan Shell Eco-marathon jadi salah satu ajang pembuktian tersebut.
"Karya itu diuji. Tapi jangan terlalu berpangku tangan. Jika memang itu bagus dan mampu memberikan manfaat luar biasa, tinggal tunggu waktu saja untuk berhasil,” tambahnya.
Melihat animo mahasiswa Indonesia, Darwin mengaku bangga karena menjadi kontingen paling besar dengan mengirimkan 26 tim dari 19 universitas.
Tinggal soal konsistensi, apakah setelah kompetisi ini berakhir, mereka masih tetap menggeluti karyanya atau tidak.
"Apa yang Indonesia butuhkan adalah mereka yang bangun pagi dan bersemangat juga terus menerus melakukan inovasi. Bukan yang sedikit-sedikit minta di dukung, tapi dukungan itu timbul dulu dari diri sendiri,” ujar Darwin.
Shell Eco-marathon ini digelar 17-19 Maret 2017 di Singapura dengan diikuti 20 negara dari Asia-Pasifik yang terbagi menjadi 124 tim. Pemenang di Shell Eco-marathon ini akan terbang ke Inggris untuk berkompetisi di ajang Driver World Challenge, sebagai predikat tertinggi ajang Shell Eco-marathon
(tyo)