Jakarta, CNN Indonesia -- Jeff Jones mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uber Inc. Padahal dia baru bergabung di perusahaan tersebut atau hanya 6 bulan bekerja.
Keputusan Jones ini tentu saja mengejutkan. Bukan hanya karena, baru saja bergabung, namun juga dia pergi meninggalkan posisinya di tengah situasi sulit Uber salah satunya kasus tuduhan pelecehan seksual yang dialami salah satu mantan karyawannya.
"Kami ingin berterima kasih kepada Jeff selama enam bulan di perusahaan itu dan berharap yang terbaik untuknya," kata Uber dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip melalui BBC.
Sementara itu, CEO Uber Travis Kalanick juga memberikan responnya soal keputusan Jones untuk hengkang. Menurutnya, Jones telah memberikan pelajaran bagi Uber bagaimana meramu merek dan marketing yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekedar diketahui, Jeff Jones terakhir memegang posisi sebagai Chief Marketing Target sebelum diajak bergabung sebagai salah satu petinggi di Uber.
“Dalam enam bulan, ia membuat dampak penting bagi perusahaan. Dari yang fokus terobesesi pada mitra pengemudi membawa studi reputasi merek yang membantu kami di bulan atau tahun ke depan,” tambah Kalanick.
Keputusan Jones untuk hengkang memunculkan desas-desus lain, dia konon kecewa karena Uber mencari untuk posisi Chief Operating Officer (COO) yang artinya akan memunculkan masalah soal wewenang mengambil keputusan bagi dia.
“Setelah kami mengumumkan niat untuk menyewa posisi COO, Jeff sampai pada keputusan sulit yang dia tidak melihat masa depannya di Uber," Kalanick tambah dalam email internal yang bocor ke publik.
Lain hal yang pasti, Uber memang harus menghadapi krisis terkait mereknya. Setelah kasus pelecehan seksual, Uber diguncang kampanye negatif terkait keputusan Kalanick tetap memilih bergabung sebagai tim penasihat Presiden AS Donald Trump.
Sebelum Jeff Jones, Uber ditinggal Head of AI Gary Marcus, Senior Director Engineer Raffi Krikorian dan salah satu orang penting di tim mobil otonom Uber Charlie Miller.