Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara menyebut usia 15-30 tahun (generasi milenial) yang sangat fasih menggunakan teknologi merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri e-commerce.
Generasi inilah yang dinilai menjadi bahan bakar utama pertumbuhan industri e-commerce saat ini dan diprediksi akan terus membesar seiring bertambahnya usia mereka.
Itu sebabnya Haryanto yakin untuk saat ini e-commerce belum bisa menyalip kedigdayaan industri ritel dan pusat perbelanjaan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak dalam waktu dekat, masih perlu waktu," ucap Haryanto di Jakarta, Selasa (21/3).
Namun untuk beberapa kategori seperti salah satunya barang elektronik, Haryanto mengakui e-commerce akan segera menyusul pencapaian ritel dan toko fisik.
"Di smartphone misalnya kami terpukul sekali dari e-commerce," imbuh Haryanto.
Meski tumbuh subur beberapa tahun terakhir, industri e-commerce dinilai belum bisa menyaingi industri ritel dan pusat perbelanjaan di Indonesia. Ia mengklaim bila dibandingkan nilai industri ritel, pertumbuhan industri e-commerce masih terbilang mungil.
Berdasarkan laporan Google dan Temasek pada 2016, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia baru satu persen. Padahal animo pelaku industri ini terus berkembang dilihat dari pemain baru yang terus bermunculan.
Haryanto pun menyentil cara berkembang industri e-commerce yang masih bergantung oleh harga yang murah. Sementara nilai praktis yang menjadi nilai utama e-commerce jadi nomor dua yang dilirik oleh konsumen Indonesia.
Pada ajang Indonesia e-Commerce Summit & Expo (IESE) 2016, Presiden Joko Widodo sempat memperingatkan pusat perbelanjaan yang akan segera tergusur oleh e-commerce bila tak berbenah.
"Saya membayangkan kalau ini (industri e-commerce) diteruskan, nanti banyak mal yang tutup," tutur Jokowi saat itu.