Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah akan mengalokasikan pita selebar 2.000MHz di frekuensi 28GHz untuk menyambut kedatangan teknologi jaringan 5G di Indonesia. Dalam rencana pemerintah, diperkirakan hanya ada maksimal empat operator di era 5G nanti.
"Di sana total ada 2GHz dan kalau dibagi masing-masing 500MHz, akan ada empat operator saja. Saya juga tidak ingin banyak operator makanya ini konsolidasi terus," ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, saat ditemui dalam demo teknologi jaringan 5G milik Ericsson di Hotel Four Seasons, Jakarta, kemarin (3/4).
Kemungkinan operasional 5G di Indonesia, menurut Rudiantara, akan sangat bergantung pada kesiapan operator. Soal regulasi yang memayunginya, Rudiantara mengaku tidak terlalu sulit membuatnya.
Untuk memulai jaringan 5G, operator perlu lebih dahulu mengembangkan bisnis model yang memungkinkan mereka meraup untung. Namun karena faktor itu operator masih belum berani menyebut kemungkinan penerapan 5G secara komersial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tergantung bisnis modelnya kalau 2020 sudah siap, kita akan siapkan regulasinya 2018," imbuhnya.
Bila implementasi 5G terwujud penuh, Rudiantara memperkirakan cara hidup masyarakat akan banyak berubah.
Dalam uji coba jaringan 5G, Ericsson menunjukkan kecepatan unduh yang dapat mereka rengkuh mencapai 5,75Gbps. Dengan kecepatan tersebut, Ericsson menilai akan ada perubahan besar di industri, Internet of Things (IoT), dan cara kerja manusia.
Salah satu contohnya adalah pengoperasian robot tanpa kabel dengan menggunakan internet berteknologi 5G. Di masa depan, robot memang dipercaya menjadi sumber tenaga kerja. Ericsson meyakini kehadiran 5G ini akan meletakkan dasar baru untuk industri pada umumnya.
Teknologi 2G Diprediksi Akan Tetap AdaKhusus untuk sektor telekomunikasi, Ericsson menilai penerapan 5G tidak akan berpengaruh langsung ke masyarakat. Presiden Direktur Ericsson untuk Asia Tenggara dan Oseania Thomas Jul berpendapat kemunculan 5G akan lebih berdampak ke industri semata, seperti yang ditunjukkan Ericsson dalam demo pengoperasian robot dengan jaringan 5G miliknya.
Namun yang tak kalah penting, Jul mengembuskan wacana baru soal 5G dan kaitannya dengan jaringan lain di bawahnya. Jul menuturkan bahwa jaringan 2G tak perlu ditutup meski jaringan 5G digadang akan segera tiba.
Ia menyebut jaringan 2G bisa dimanfaatkan khusus untuk panggilan suara dan pesan teks, 3G untuk pengiriman data, dan 4G LTE untuk memperkuat semua jaringan itu.
Wacana itu diamini oleh CEO XL Axiata Dian Siswarini yang juga ditemui di tempat yang sama. Saat operator lain sudah mulai mewacanakan penutupan jaringan 2G, Dian justru masih menanti perkembangan 4G dan 5G di masa depan sebelum memutuskan menutup 2G.
"Ada kemungkinan 2G ini dipakai untuk suara. Jadi kita masih pertimbangkan," ungkapnya.
Menurut Dian, Indonesia belum akan mengadopsi teknologi 5G secara komersial dalam waktu dekat. Lagipula, lanjut Dian, XL baru dua tahun menerapkan teknologi LTE di dalam negeri dan sampai saat ini baru 25 persen dari total pelanggan XL yang sudah memanfaatkannya.
"Kalau untuk percobaan teknis, sekarang pun bisa dilakukan, tapi untuk komersial butuh 3-4 tahun lagi dari sekarang," Dian menambahkan.
Sebagai penyedia teknologi jaringan telekomunikasi, Ericsson sendiri memprediksi 5G mulai diadopsi secara kmersial sekitar 2019-2020 di seluruh dunia. Senada dengan Dian, Ericsson juga menegaskan 5G belum akan ada di Indonesia setidaknya hingga 2018.