Jakarta, CNN Indonesia -- Samsung mengakui bahwa insiden Galaxy Note 7 yang terjadi tahun lalu telah memberikan banyak pelajaran bagi mereka. Perusahaan asal Korea Selatan memastikan akan berusaha keras untuk mengembalikan kepercayaan konsumen pada produk yang dirilisnya.
Dalam rilisnya, Samsung menjelaskan bahwa delapan kali pengecekan tersebut untuk memastikan ketahanan terhadap tekanan dan temperatur ekstrem. Samsung juga melakukan pengecekan visual pada setiap baterai menggunakan kriteria yang terstandarisasi dan sesuai dengan obyektif.
Kali ini, Samsung melakukan uji X-Ray yang sebelumnya diminta oleh pemerintah Korea Selatan demi menanggulangi kejadian Note 7 terulang. Tes ini berguna untuk melihat kedalaman baterai untuk memeriksa kemungkinan adanya kejanggalan.
Setiap baterai Samsung juga menjalani proses tes charge/discharge berkali-kali untuk memastikan baterai memiliki sistem pengisian yang aman dan baik. TVOC Test juga diberikan untuk memastikan sama sekali tidak ada kebocoran komponen baterai dari perangkat yang sudah lengkap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meletakkan keamanan konsumen sebagai hal yang paling penting sehingga berkaca dari insiden lalu kami melakukan peningkatan tes baterai. Sejak Januari lalu kami sudah melakukan 8-points battery safety check di Galaxy S8 dan S8 Plus," terang Danny Gallant Head of Product Marketing IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia dalam sesi wawancaara ekskusif dengan
CNNIndonesia.com, Selasa (2/4).
 Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono |
Pengecekan yang dilakukan Samsung diklaim Gallant sudah jauh melebihi yang dilakukan kompetitor. Ia mengatakan produsen lain biasanya hanya melakukan 2-3 kali point check, sementara Samsung telah mempunyai 8 point pengecekan baterai.
Pihaknya juga memberikan dissembling test di mana pengujian ini memisahkan baterai untuk memastikan keseluruhan kualitas, termasuk memeriksa kondisi sambungan tab baterai dan pita perekat. Pengecekan secara intensif yang mensimulasikan penggunaan perangkat secara terus menerus dan dipercepat juga dilakukan Samsung dalam uji penggunaan terakselerasi.
Yang terakhir, Samsung juga memberikan pengujian OCV test yang berguna untuk memonitor setiap perubahan voltase selama proses pembuatan dari tahap komponen hingga perangkat yang sudah lengkap.
Seperti diketahui, tahun lalu Samsung terpaksa menarik seluruh Galaxy Note 7 secara global hanya dua bulan setelah perkenalannya pada Agustus 2016. Samsung juga harus menelan kerugian Rp39,2 triliun karena insiden ledakan baterai Note 7.
Belakangan beredar kabar Samsung bakal menjual versi rekondisi dari Galaxy Note 7 setelah mereka resmi mengumumkan bahwa baterai memang menjadi biang keladi kecelakaan besar-besaran itu. Namun Samsung Indonesia tidak bisa memberikan jawaban ketika disinggung hal tersebut.
"Sejauh ini belum ada informasi yang masuk mengenai nasib Note 7 dan apakah versi rekondisi itu akan masuk Indonesia," imbuh Danny.